Pemerintah Diminta Datangkan Maskapai Baru
BENGKULU, Bengkulu Ekspress – Tiket pesawat selalu memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan inflasi di Bengkulu. Bahkan pada Januari 2019 lalu, tarif angkutan udara memberikan kontribusi pada inflasi daerah sebesar 0.4 persen.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bengkulu, Nurmalena meminta agar pemerintah bisa mendatangkan maskapai penerbangan baru ke Bengkulu. Karena untuk saat ini hanya dua maskapai penerbangan yang mendominasi yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air. Sehingga perlu ditambah satu maskapai penerbangan lagi agar harga tiket lebih kompetitif.
\"Kami sarankan pemerintah bisa datangkan maskapai Air Asia untuk melayani penerbangan di Bengkulu jadi harga tiket lebih bervariasi, soalnya Garuda dan Lion selalu bersaing harga disini,\" kata Nurmalena, kemarin (6/2).
Seperti diketahui, maskapai Penerbangan Garuda Indonesia di Bengkulu tidak sendiri. Mereka memiliki anak perusahaan seperti City Link dan Sriwijaya Air. Kemudian Lion Air memiliki Wing Air. Sehingga hanya dua maskapai penerbangan ini yang mendominasi di Bengkulu. \"Kalau ada maskapai penerbangan lain, kami yakin harga tiket bisa normal,\" tuturnya.
Selain itu, kebijakan lain yang dapat dilakukan pemerintah yaitu melakukan intervensi kepada maskapai penerbangan melalui regulasi, terkait dengan kebijakan mereka dalam menjual harga tiket yang kini dipandang sangat memberatkan masyarakat.
\"Ya, baiknya pemerintah harus turut campur. Kalau mereka bilang harga harus turun mereka harus melihat kenyataannya. Jadi ini sepertinya pemerintah kurang campur tangan,\" ujarnya.
Ia menjelaskan bila selama ini tidak ada kenaikan ataupun penurunan harga tiket pesawat karena batas atas dan bawah sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan rute penerbangan. Menurutnya setiap maskapai dapat mengkelompokan harga kelas ekonomi hingga 12 kelompok seperti yang dilakukan PT. Garuda Indonesia. Karena pada saat memasuki \"pick season\" umumnya maskapai menutup harga bagian bawah dan hanya menjual beberapa kelompok harga tertinggi, seperti yang terjadi pada akhir tahun hingga awal Januari 2019.
\"Jadi selama ini yang digembor-gemborkan adalah harga tiket naik, sebetulnya bukan naik namun maskapai memakai batas yang paling tinggi dan harga tengah pun mereka tidak buka,\" tuturnya. Terkait dengan fenomena tingginya harga tiket penerbangan domestik saat ini, ia mengingatkan bila hal tersebut dipertahankan, maka akan mempengaruhi banyak sektor perekonomian, terutama pariwisata.
Di sisi lain kebijakan tersebut juga akan merugikan pihak maskapai karena diyakini jumlah penumpang akan turun dan berimbas pada kerugian perusahaan. \"Kenaikan harga tiket jelas berdampak pada perusahaan dan ikut mempengaruhi perekonomian dan pariwisata daerah,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: