TNI Ultimatum KKSB Segera Menyerah

TNI Ultimatum KKSB Segera Menyerah

JAKARTA, Bengkulu Ekspress– Upaya petugas gabungan TNI dan Polri mencari lima korban aksi Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) berbuah hasil. Minggu (9/12) satu jenazah diduga pekerja PT Istaka Karya mereka temukan di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Belum diketahui pasti identitas jenazah tersebut. Yang pasti, melalui temuan itu jumlah total jenazah bertambah menjadi 17.

Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menyebutkan bahwa temuan satu jenazah itu dilaporkan sekitar pukul 13.30 WIT kemarin. Lokasi penemuan berjarak kurang lebih satu kilometer dari tempat 16 jenazah yang ditemukan lebih dulu. ”Korban ditemukan di dalam hutan,” ungkap Aidi ketika diwawancarai Jawa Pos. Lantaran sudah berhari-hari, kondisi jenazah dilaporkan mulai membusuk dan rusak.

Karena itu, petugas yang menemukan jenazah itu tidak banyak mencatat data fisik. Mereka hanya mendapati ciri-ciri umum berupa pakaian yang masih melekat pada jenazah. Yakni celana panjang berwarna putih. ”Jenis kelamin laki-laki, berambut panjang,” imbuh Aidi. Pada jenazah tersebut, petugas juga mendapati bekas luka akibat serangan benda tajam. ”Luka tusuk di dada dan luka bacokan di leher belakang,” kata dia menambahkan.

Menurut Aidi, petugas akan mengevakuasi jenazah tersebut ke Wamena melalui jalur darat dan udara. Akibat kondisi cuaca kemarin yang sudah tidak memungkinkan, evakuasi ditunda hari ini (10/12). Untuk sementara, jenzah itu disemayamkan di jalur poros Distrik Yigi – Distrik Mbua. ”Untuk dievakuasi ke Mbua melalui jalur darat. Selanjutnya jenazah korban akan dievakuasi ke Wamena menggunakan helikopter,” terangnya.

Serupa dengan 16 jenazah sebelumnya, satu jenazah itu juga akan langsung diotopsi. Identitas lengkap jenazah tersebut bakal diumumkan setelah otopsi selesai. Dengan temuan jenazah ke-17 itu, kata Aidi, TNI – Polri yang masih terus bergerak tinggal mencari empat pekerja lainya. Yakni dua orang yang disebut turut menjadi korban pembantaian oleh KKSB serta dua orang yang dilaporkan berhasil melarikan diri dari kejaran kelompok tersebut.

Aidi memastikan, TNI – Polri berusaha sebaik mungkin agar empat orang itu segera ditemukan. ”Satgas Gabungan TNI – Polri akan terus melaksanakan pencarian sisa korban yang belum ditemukan,” ujarnya. Dia juga menyebut, pengejaran KKSB pun masih berlangsung. Sesuai arahan panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, petugas yang begerak di Distrik Yigi juga punya tugas menegakan hukum.

Berdasar laporan yang diterima oleh Kodam XVII/Cendrawasih, TNI – Polri sudah menguasai Distrik Yigi. Pun demikian Distrik Mbua yang sempat jadi sasaran KKSB. Aidi mengakui, saat kontak senjata terjadi, masyarakat di Distrik Yigi maupun Distrik Mbua banyak yang mengungsi ke hutan. Namun, sejak dua hari lalu masyarakat Distrik Mbua sudah berangsur kembali ke pemukiman. ”Kegiatan sosial serta roda ekonomi mulai berjalan,” kata Aidi.

Hanya saja, kondisi Distrik Yigi masih sepi. Sebab, banyak masyarakat belum berani kembali ke pemukiman. Sebagian di antara mereka memilih bertahan di hutan. Berkaitan dengan klaim KKSB soal serangan oleh TNI – Polri, Aidi menegaskan kembali mereka tidak pernah melaksanakan pengeboman. Baik dari udara maupun darat. ”TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infanteri. Yaitu senapan perorangan,” jelasnya.

Alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang dikerahkan juga hanya berupa alat angkut. Termasuk di antaranya helikopter jenis bell dan MI-17 yang dipakai mengevakuasi jenazah. ”Tidak ada helikopter serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom,” terang Aidi. Lebih dari itu, sampai kemarin petugas yang dikerahkan oleh TNI maupun Polri belum sekali pun menyerang KKSB.

Sebab, fokus mereka sementara ini adalah mencari korban yang belum ditemukan. Kontak senjata antara KKSB dengan TNI – Polri terjadi lantaran selama upaya pencarian dan evakuasi, KKSB kerap mengganggu. Sehingga petugas gabungan dari dua instansi tersebut mau tidak mau harus membalas gangguan kelompok itu. Bahkan, di antara mereka ada tiga personel TNI – Polri jadi korban. Dua luka dan seorang prajurit meninggal dunia.

Di lain pihak, langkah pengejaran yang dilakukan TNI dan Polri diklaim Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membuat dua warga sipil meninggal dunia. Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim bahwa TNI melakukan serangan udara dengan melemparkan bom sebanyak 12 kali. ”7 kali ke distrik Yigi dan 5 kali ke distrik Mbua,” tuturnya.

Dalam serangan itu tidak ada anggota TPNPB-OPM yang menjadi korban. namun, serangan itu justru melukai warga sipil, setidaknya ada dua orang sipil yang tewas. Yakni, aparat desa Kunjondumu dan aparat desa Wuridlak. ”Kami mengetahui juga ada empat warga yang luka berat dan saat ini kritis,” tuturnya.

Serangan itu tidak hanya menggunakan bom, namun juga menembakkan senjata mesin otomatis. Menurutnya, akibat serangan tersebut masyarakat di sejumlah desa mencoba menyelamatkan diri masuk ke hutan. ”Tidak diketahui dengan pasti jumlah warga yang mengungsi ke hutan. Karena terbatasnya komunikasi, bisa jadi korban lebih banyak,” urainya.

Dia menuturkan bahwa penyerangan melalui jalur darat juga dilakukan. TNI dan Polri menggunakan dua tank dan 50 mobil Strada menerobos masuk ke Distrik Mbua. ”Itu dari pantauan kami,” paparnya kemarin. Sebby mengklaim TNI dan Polri melakukan diskriminasi dalam mengevakuasi warga. Warga non Papua telah dievakuasi ke tempat yang aman, sementara warga Papua justru tidak dievakuasi. ”Tidak ada jaminan perlindungan bagi pribumi Papua,” ungkapnya.

Letak Bukit Kabo yang jadi lokasi pembantaian pekerja PT Istaka Karya, Aidi menjelaskan, jauh dari pemukiman Distrik Yigi. Jaraknya sekitar 4 sampai 5 kilometer. ”Saya pernah ke sana,” tegasnya. Karena itu, dia sangsi apabila kontak senjata antara TNI – Polri dengan KKSB menewaskan masyarakat sipil. ”Dapat dianalisa bahwa korbannya bukan warga sipil murni. Tapi, mungkin saja mereka adalah bagian pelaku pembantaian,” tambah dia.

Berbagai pernyataan Sebby dinilai propaganda oleh TNI – Polri. Termasuk di antaranya keterangan soal jatuhnya korban dari masyarakat sipil. Menurut Aidi, aparat TNI maupun Polri tahun betul mana yang menjadi target dan mana yang bukan target. ”Publik telah tahu semua. Bahwa mereka (KKSB) menyerang warga sipil. Pekerja yang sama sekali tidak mengancam mereka,” bebernya.

Untuk itu, Aidi menyampaikan ultimatum dari instansinya. ”Kepada KKSB, hanya punya dua pilihan. Segera menyerah atau kami selesaikan. Ingat waktu terbatas,” kata dia tegas. Dia pun meminta agar tidak ada lagi pihak yang menggangu pembangunan infrastruktur di Papua. Siapa pun yang mengganggu, sama saja membiarkan Papua tidak berkembang. Apalagi wilayah Penggunungan Tengah yang aksesnya masih serba susah.

Sementara itu, Aktivis Media Samuel Tabuni menuturkan bahwa ada sejumlah hal yang perlu diketahui dalam pembantaian terhadap pekerja. Yakni, masyarakat suku Nduga tidak pernah terlibat dan merencanakan pembunuhan pekerja proyek. ”Karena jalan trans Papua itu justru permintaan masayrakat Nduga,” paparnya.

Kejadian tersebut sangat disesali, namun begitu bisa jadi ada peristiwa masa lalu yang menjadi alasannnya. ”Atau malah para bos dan pekerja jalan tidak bekerjasama. Mungkin juga faktor politis lainnya,” urainya.

Menurutnya, penting untuk pembangunan di Papua melibatkan orang asli Papua. Jangan sampai pekerja luar didatangkan tanpa dukungan dari masyarakat lokal. ”Tentu pekerja luar tidak mengerti budaya dan bahasa masyarakat setempat, ini salah satu kunci suksesnya pembangunan,” jelasnya.

Dia juga meminta pengejaran untuk tidak membabi buta hingga bisa jadi mengorbankan warga sipil. ”Kalau jatuh korban warga sipil, TNI dan Polri berarti sama dengan TPNPB-OPM,” keluhnya. (idr/syn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: