Perbankan Harus Hati-Hati Salurkan Kredit

Perbankan Harus Hati-Hati Salurkan Kredit

Kredit Macet Capai Rp 343 Miliar

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Jumlah kredit macet Bank Umum di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2018 telah mencapai Rp 343 Miliar atau 1,85% dari total kredit sebesar Rp18,5 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 102 miliar atau meningkat 42% dibandingkan Desember 2017 lalu yang tercatat sebesar Rp 241 miliar dari total kredit Rp 12,14 triliun.

Menanggapi permasalahan tersebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bengkulu meminta perbankan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini mengingat rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan di Bengkulu yang mengalami peningkatan.

\"Rasio kredit bermasalah di Bengkulu menunjukkan tren meningkat. Jadi, kalangan perbankan harus tetap berhati-hati dalam penyalurannya,\" ujar Kepala OJK Provinsi Bengkulu, Yan Syafri, Senin (8/10).

Rasio kredit bermasalah perbankan mengalami peningkatan disebabkan oleh efek dari perlambatan ekonomi. Karena saat ini hampir semua sektor, memiliki kredit bermasalah yang cukup besar. Meski begitu, penurunan NPL akan terjadi jika penyaluran kredit mulai bergairah dan bank mulai berhati-hati dalam menyalurkan kredit

\"Kondisi ekonomi di Bengkulu belum begitu stabil, beberapa komoditas utama seperti sawit dan karet harganya belum meningkat signifikan, jelas ini mempengaruhi sektor ekonomi yang dibiayai bank,\" ujar Yan.

Karena harga sawit dan karet belum meningkat signifikan, kemampuan membayar debitur yang menerima kredit juga ikut terpengaruh. Hal ini disebabkan kondisi usahanya yang kurang bergairah. \"Kalau harga sawit dan karet turun, maka debitur yang meminjam uang dibank juga akan kesulitan membayar angsuran dan menyebabkan kredit macet meningkat,\" ungkap Yan.

Selain faktor ekonomi, kurang kehati-hatian bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan juga ikut meningkatkan rasio kredit macet di Bengkulu. Seperti debitur yang harusnya tidak layak diberi kredit karena reputasinya yang buruk ataupun debitur yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. \"Pemberian kredit kepada debitur juga harus benar-benar dicek, jangan memberi kredit kepada debitur yang tidak layak,\" ujar Yan.

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi meningkatnya rasio kredit macet yaitu dipengaruhi oleh kemauan bayar. Karena terkadang debitur memiliki uang untuk membayar cicilan akan tetapi malah digunakan untuk hal lainnya. \"Hal seperti ini kerap terjadi, harusnya debitur bisa rajin membayar cicilan jangan sampai macet karena akan mempengaruhi reputasi debitur tersebut nantinya,\" tutup Yan.

Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM menilai, meskipun kondisi NPL perbankan di Bengkulu sedikit mengalami kenaikan, akan tetapi kondisi ini masih cukup baik. Bahkan pihaknya menilai bank di Bengkulu sudah berhati-hati didalam melakukan pemberian kredit di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil saat ini.

\"NPL di bank-bank saya rasa akan tetap terjaga karena mereka akan selalu memantau kualitas asetnya. Apalagi kalau bank yang memiliki franchise corporate yang kuat,\" ujar Kamaludin.

Rasio NPL perbankan akan terus terjaga rendah sampai akhir tahun. Tren kenaikan suku bunga dinilai tidak terlalu mempengaruhi kinerja perbankan. \"Kenaikan suku bunga dana ke kredit, tentu akan dilakukan secara selektif oleh masing-masing bank,\" ungkapnya.

Hanya saja, Ia mengatakan, bila kondisi ekonomi tak kunjung membaik atau bahkan menurun terlalu dalam, maka bisa saja NPL menanjak pada akhir tahun. Namun, ia optimistis NPL di tahun 2018 akan lebih baik dibandingkan realisasi pada akhir 2017 lalu. \"Saya memproyeksikan di tahun 2018 NPL akan terjaga di bawah 2,5%,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: