Waspada Hoax Jenis Baru
BERKEMBANGNYA kasus berita hoax atau bohong yang dilakukan Ratna Sarumpaet terkait penganiayaan terhadap dirinya telah memberikan pembelajaran kepada masyarakat. Pasalnya selama ini berita hoax selalu dibuat dan disebarkan oleh oknum yang tidak mengalami kejadian secara langsung dengan cara mengedit dan merekayasa baik isi berita, video, ataupun gambar. Akan tetapi pada kasus yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, berita hoax direkayasa serta dialami oleh dirinya sendiri sehingga membuat orang percaya.
Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Bengkulu, Dr Gushevinalti MSi mengaku, berita hoax yang dilakukan Ratna Sarumpaet termasuk jenis baru, karena berusaha menjatuhkan orang lain dengan memanfaatkan diri sendiri sebagai korban.
Meskipun kebohongan yang dibuatnya terlihat nyata serta membuat seluruh orang percaya akan tetapi apa yang disampaikannya tidak lepas dari unsur berita hoax.\"Kita bisa menilainya apakah yang disampaikan benar atau bohong dengan cara mencari informasi lebih dari satu sumber berita,\" kata Gushevinalti, Senin (8/10).
Dengan banyaknya sumber berita atau referensi maka dapat meminimalisir pernyataan yang mengandung unsur hoax. Hal inilah yang dilakukan oleh pihak kepolisian saat mendalami kasus Ratna, dengan mewawancarai beberapa orang terkait seperti pihak rumah sakit maupun orang disekitar tempat kejadian untuk membongkar kebohongan yang telah disampaikan.
\"Jadi kita harus teliti, jangan satu sumber berita kita percaya, tetapi kita harus memverifikasi berita tersebut dengan sumber lainnya,\" ujar Gushevinalti.
Selain sumber berita lebih dari satu, setiap gambar, video atau informasi yang diterima juga harus dipastikan kebenarannya. Karena saat ini sudah banyak aplikasi mampu mengubah wajah seseorang dari jelek menjadi cantik ataupun dari sehat menjadi penuh luka lebam.
\"Kita sulit memastikan itu foto dan video rekayasa atau bukan, karena pelaku hoax juga ada yang memanfaatkan aplikasi pengedit wajah, jadi harus dipastikan betul dari mana informasi tersebut disebarkan,\" terang Gushevinalti.
Informasi baik berupa gambar, video, ataupun berita biasanya disebarkan melalui media sosial. Akan tetapi tidak seluruh informasi yang disebarkan dimedia sosial adalah benar. Hal yang dapat dilakukan untuk memastikan informasi tersebut benar atau tidak dengan cara melihat link atau alamat website yang disebarkan.
\"Jika alamat website merupakan blogspot atau wordpress sudah dipastikan info tersebut masih diragukan kebenarannya, akan tetapi jika berasal dari media seperti koran dan tv serta media online yang sudah resmi terdaftar di dewan pers itu bisa dipercaya sumbernya,\" tutur Gushevinalti.
Selain itu, hal yang terlalu mencolok dari berita hoax adalah tidak terdapat unsur 5W+1H dalam pedoman penulisan beritanya. Karena berita hoax jarang menampilkan informasi yang rinci akan tetapi informasi yang disampaikan lebih banyak menyudutkan orang lain.
\"Berita hoax itu jarang menampilkan kapan kejadiannya, dimana kejadiannya, siapa pelakunya, unsur-unsur tersebut sering diabaikan, tetapi unsur menjelekkan orang malah yang difokuskan,\" terang Gushevinalti.
Berita hoax selalu identik dengan isu menjelekkan orang lain karena dilatarbelakangi suatu kepentingan baik itu politik ataupun kekuasaan. Dan rata-rata para pelaku yang memanfaatkan berita hoax adalah orang yang memiliki pengaruh. Jika orang tersebut tidak memiliki pengaruh maka dampaknya tidak akan signifikan.
\"Kita tahu Ratna Sarumpaet itu termasuk Timsesnya Prabowo, karena dia punya kepentingan makanya dia buat berita hoax itu, kalau Ratna itu bukan Timses Prabowo saya rasa hal tersebut tidak akan menjadi sesuatu yang hangat diperbincangkan,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: