Harga Kopi Turun
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Meskipun kopi telah menjadi komoditas ekspor dan dollar mengalami penguatan hingga Rp 14.900, harganya belum mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bahkan beberapa hari terakhir harga biji kopi di Bengkulu mengalami penurunan.
\"Kami membeli biji kopi kering dari petani sebesar Rp 18.000 per Kg atau lebih murah Rp 4.000 per kg dari harga minggu sebelumnya yang sempat mencapai Rp 22.000,\" kata Pemasok Kopi di Jalan Sentiong Kota Bengkulu, Sugianto, Kamis (27/9).
Ia mengaku, rendahnya harga kopi tersebut disebabkan turunnya harga beli beberapa pengusaha pemasok kopi dari luar Bengkulu. Sehingga mau tidak mau, pihaknya juga berusaha menurunkan harga kopi. \"Inilah yang aneh, dollar naik tapi kopi malah turun,\" terang Sugianto.
Ia mengaku, dengan menurunnya harga kopi ini, secara langsung telah merugikan banyak petani di Bengkulu. Karena petani kopi sangat berharap harganya bisa naik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. \"Banyak juga petani kopi yang mengeluhkan menurunnya harga kopi ini, bahkan ada petani juga yang tidak percaya dan tidak jadi menjual kopinya,\" ungkap Sugianto.
Melihat harga kopi yang menurun ini, ia berharap ada langkah konkret dari Pemprov Bengkulu untuk menstabilkan harga biji kopi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu menjaga agar harga tetap stabil sama halnya seperti mengatur harga sawit.
\"Kami tidak berharap harga kopi di kisaran Rp 23.000-Rp 25.000 per Kg. Tapi, kalau harga sekarang hanya Rp 18.000 per kg, benar-benar membuat petani kopi terpuruk dan enggan menjualnya kepada kami,\" jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pengumpul kopi di Kota Bengkulu, Apong (65) mengatakan, anjloknya harga kopi karena produksi kopi Brasil dan Thailand melimpah di pasar dunia. Seperti diketahui, produksi biji kopi di Bengkulu sekitar 70.000- 98.000 ton per tahun. Sebagian besar dijual ke pengumpul di Palembang dan Lampung, karena di Bengkulu tidak ada eksportir kopi dan sisanya dijual di Bengkulu, untuk kebutuhan bahan baku kopi bubuk dan kebutuhan lainnya. \"Jadi karena kopi di pasar dunia melimpah makanya harganya turun,\" tukasnya.
Disisi lain, Pengusaha Kopi Bengkulu, Hery Supandi mengaku, harga biji kopi di Bengkulu tidak mengalami penurunan. Biji kopi yang mengalami penurunan harga hanyalah biji kopi campuran dengan kualitas rendah. Sementara biji kopi dengan kualitas terbaik harganya masih tinggi dan diminati pihak luar. \"Harga biji kopi yang menurun itu kopi acak (campuran) dan tidak disortir seperti pemilihan biji asal-asalan,\" terang Hery.
Ia mengaku, pemilihan biji kopi secara acak atau asal akan mempengaruhi kualitas dan harga kopi di pasar. Karena proses pemetikan kopi dilakukan tanpa mensortir antara biji kopi yang masih hijau dan biji kopi yang sudah matang atau bewarna merah. Hal tersebut jelas akan menyebabkan banyak pembeli kopi dari luar menolaknya, dan jika terpaksa dijual, maka akan diterima dengan harga yang relatif murah.
\"Makanya petani itu harus bisa membiasakan memetik kopi biji merah dan jangan mencampurnya, baik antara robusta dan arabika maka harganya juga akan bagus dan tidak akan turun,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: