Menelusuri Praktik Penipuan Dam untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

Menelusuri Praktik Penipuan Dam untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

”Pangdam” Berdandan Mirip Orang Arab agar Korban Percaya

Musim haji identik dengan pembelian kambing untuk dam (denda) di Makkah. Kesempatan itu sering dimanfaatkan pihak tertentu untuk mendulang keuntungan berlipat. Banyak jamaah haji yang percaya karena tak mau repot.

FIRZAN SYAHRONI, Makkah

SEORANG pria yang mengaku bernama Mohammad Ismail mondar-mandir di depan hotel yang dihuni jamaah haji Indonesia. Meski berasal dari Indonesia, penampilannya mirip dengan warga Arab Saudi.

Mengenakan gamis putih dan serban. Jenggotnya yang dipenuhi uban dibiarkan panjang. Kepada jamaah haji Indonesia, pria yang sudah 10 tahun tinggal di Arab itu menawarkan pembelian kambing untuk dam.

Sesuai aturan agama, dam wajib dibayarkan oleh seseorang yang melaksanakan haji tamattu’ atau berumrah dulu sebelum haji. ”Kalau beli di saya murah. Cukup 330 riyal. Dengan biaya sembelih, totalnya jadi 350 riyal (Rp 1,4 juta, Red),” katanya.

Dia mengaku memiliki banyak kenalan pedagang kambing yang biasa melayani jamaah haji di Makkah. ”Cukup bayar ke saya, tulis nama, nanti bisa melihat kambingnya. Bahkan boleh melihat saat penyembelihan,” katanya, berpromosi.

Beberapa jamaah haji yang tak mau ribet dengan urusan dam tertarik dengan tawaran Ismail. Mereka bersedia menyerahkan uang begitu saja dengan modal kepercayaan. Salah satunya adalah Suparman, jamaah dari embarkasi Surabaya.

Suparman tidak peduli jika pembayaran dam disebut rentan penipuan. ”Kalau dia (Ismail, Red) menipu, ya urusan dia sama Allah. Yang penting, saya sudah berniat membayar dam,” kata pria dari Probolinggo itu.

Setiap musim haji pembayaran dam memang bisa menjadi ajang untuk mengeruk keuntungan. Berdasar hasil penelusuran Jawa Pos, kemungkinan penipuan pembayaran dam tidak mengada-ada.

Ada beberapa modus yang sering dipakai oknum untuk menipu jamaah haji Indonesia. Sebelum beraksi, sebagian dari mereka berdandan mirip orang Timur Tengah. Mengenakan gamis putih, beserban, dan berjenggot panjang.

Biasanya, jamaah haji Indonesia mudah tertipu dengan penampilan seperti itu. Di kalangan mukimin (warga Indonesia yang tinggal di Arab), para makelar dam itu biasa disebut dengan istilah ”pangdam”. ”Bukan Pangdam yang tentara itu, tapi maksudnya panglima dam,” kata seorang mukimin, lantas terkekeh.

Sang pangdam punya beberapa cara untuk merayu calon korban. Dengan modal penampilan mirip orang alim, mereka mengatakan bahwa pembayaran dam lebih afdal dilakukan dengan membeli kambing sendiri daripada membayar di bank Arab Saudi. Selain lebih murah, jamaah haji bisa mendapat pahala berlipat. Membayar dam melalui bank memang lebih mahal. Biayanya 475 riyal. Tapi, prosesnya sederhana. Tinggal datang ke konter dam, tulis nama, bayar, selesai.

”Biasanya, kalau dibilang lebih afdal, disertai beberapa hadis, banyak yang tak mau lagi membayar di bank,” kata dia.

Jika ada jamaah yang ingin melihat kambing yang telah dibeli, si pangdam tak kehilangan akal. Mereka mengajak korbannya ke pasar hewan Kakiyah di pinggiran Kota Makkah.

Di sana, si pangdam tinggal menunjuk kambing tertentu dan menyebut hewan itu milik jamaah haji tersebut. ”Padahal, yang dia tunjuk itu kambing milik orang lain,” katanya.

Ada juga jamaah haji yang tidak begitu saja percaya. Mereka meminta melihat langsung penyembelihan hewan dam. Jika permintaan itu diajukan, si Pangdam masih punya trik. Mereka akan mengajak jamaah haji ke tempat penyembelihan yang tidak jauh dari pasar hewan Kakiyah. ”Di sana memang benar-benar disembelih. Tapi, dagingnya dijual ke restoran-restoran, bukan dibagikan kepada warga yang tidak mampu,” ucapnya.

Kendala bahasa membuat jamaah haji Indonesia tidak bertanya lebih jauh. Baik kepada petugas penyembelihan maupun pedagang asli di Pasar Kakiyah.

Keuntungan yang diraih si pangdam tidak tanggung-tanggung. Sekali musim haji, keuntungan mereka bisa mencapai Rp 7 miliar. Angka itu sangat masuk akal. Pertimbangannya, jumlah jamaah haji bisa lebih dari 3 juta orang dalam satu musim.

Jawa Pos juga mendatangi pasar hewan Kakiyah kemarin. Pasar itu menyediakan ribuan kambing. Para pedagang yang menenteng golok berseliweran. Ada juga belasan makelar kambing yang mengenakan kaus hijau.

Setiap mobil jamaah haji datang, mereka mendekat sambil berteriak-teriak. ”Mereka itu menawarkan kambingnya,” kata Rofi’i, mukimin yang menjadi tenaga musiman untuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.

Harga Kambing Bisa Ditawar

Harga kambing di sana ternyata bisa ditawar. Jika pandai menawar, pembeli bisa mendapat kambing dengan harga murah. Tentu pembeli harus siap adu ngotot dengan pedagang yang nada bicaranya seperti orang bertengkar itu.

Dengan dibantu Rofi’i yang mahir berbahasa Arab, Jawa Pos akhirnya mendapat kambing seharga 230 riyal (Rp 920 ribu). Harga tersebut lebih murah daripada yang ditawarkan si pangdam.

Namun, itu baru harga kambing. Biaya penyembelihan belum termasuk. Lokasi penyembelihan hanya berjarak sekitar 300 meter dari pasar tersebut. Jika membeli lebih dari dua kambing, biasanya pedagang bersedia mengantar hewan itu dengan mobil pikap.

Tempat penyembelihan tersebut mirip dengan rumah potong hewan di Surabaya. Saat Jawa Pos tiba, kondisi tempat penyembelihan sesak. Darah hewan berceceran di mana-mana.

Beberapa jamaah haji menyaksikan penyembelihan hewan dam. ”Tulis nama lengkap jamaah haji dulu di kertas, nanti biar didoakan oleh jagal sebelum menyembelih kambing,” papar Rofi’i.

Doa yang dimaksud Rofi’i itu ternyata lebih mirip dengan teriakan. Saat kertas berisi nama disodorkan, jagal hanya melirik sekilas, lalu berteriak menyebut nama jamaah haji sebelum menggorok leher kambing.

”Bismillah!” teriaknya lagi.

Sekali gorok, kambing langsung menggelepar. Singkat sekali. Darah yang mengucur langsung masuk ke saluran pembuangan.

Biaya penyembelihan hewan dam sebesar 21 riyal. Dengan demikian, total uang yang dikeluarkan untuk dam hanya 251 riyal, lebih murah daripada harga yang ditawarkan si pangdam. Juga, jauh lebih murah daripada membayar dam ke konter bank Arab Saudi.

Meski begitu, Kepala PPIH Arab Saudi Ahmad Dumyati Basori mengimbau jamaah haji Indonesia membayar dam di konter resmi. Menurut dia, mulai tahun ini pembayaran  dam  bisa dilakukan di gerai-gerai khusus yang dibuka Kantor Pos Saudi. Hal itu bisa mencegah penipuan.

Dumyati menjelaskan, pembayaran  dam  kini melalui pembelian kupon. Harga satu kupon 475 riyal. Kupon bisa dibeli di sebelas gerai yang akan dibuka Kantor Pos Saudi. Gerai tersebut terdapat di hotel-hotel yang ditempati jamaah haji Indonesia. Namun, pembelian kupon belum bisa dilakukan secara kolektif. ”Karena ini pertama, yang dilayani baru pembelian perorangan. Mudah-mudahan tahun depan bisa dilakukan secara kolektif,” terangnya.

Layanan itu akan memudahkan jamaah haji Indonesia. Sebab, jamaah tidak perlu berlama-lama lagi antre di loket Bank Ar-Rajhi, Arab Saudi. Uang  dam  akan dibelikan hewan kurban.

Daging kurban lantas didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan. Kementerian Agama (Kemenag) menyarankan seluruh jamaah haji untuk memercayakan  dam  kepada konter resmi yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi.

”Nanti kami buatkan sistem informasi agar jamaah membayarkan  dam  ke konter yang disediakan pemerintah Arab Saudi. Kepala sektor atau kepala rombongan akan mempertegas hal itu kepada jamaah,” terang Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Siskohat Kemenag Ramadhan Harisman. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: