Minta Pemerintah Naikkan Cukai Rokok
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pengeluaran warga miskin paling banyak adalah untuk membeli beras dan rokok. Untuk itu, pemerintah diminta menjauhi warga miskin dari rokok dengan cara menaikkan tarif cukai rokok. Pakar Ekonomi Unib, Prof Dr Kamaludin SE MM mengaku, dengan adanya kenaikan tarif cukai tersebut, maka tingkat konsumsi rokok akan terkendali. Sementara itu, kesempatan kerja masyarakat terutama buruh tani dan buruh perusahaan juga akan semakin baik.
\"Tidak hanya itu penerimaan negara juga akan meningkat,\" kata Kamaludin, kemarin (17/7).
Kebijakan untuk menaikkan pita cukai rokok dinilai tepat. Sebab, jika harga dinaikan dua kali lipat, orang miskin otomatis akan mengurangi rokok, tetapi mereka tidak akan berhenti merokok. \"Kalau harga udah naik, mereka masih merokok, saya juga nggak tahu solusinya, apalagi mengorbankan makanan untuk anak demi rokok,\" ujar Udin.
Ia juga menegaskan, selain harga cukai rokok, harga beras juga harus dijaga jika harga BBM dinaikkan. Pasalnya, masyarakat miskin lebih mementingkan kebutuhan beras ketimbang transportasi. \"Kalau di desa banyak orang miskin yang jalan kaki dan naik sepeda, jadi beras lebih prioritas dari angkutan,\" tukas Udin.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA menyebutkan, komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun pedesaan pada Maret 2018 adalah beras dan rokok kretek filter. Beras menyumbangkan 19,15% kemiskinan di perkotaan dan 27,11% di pedesaan. Sementara rokok kretek filter menyumbangkan 14,99% di perkotaan dan 11,74% di pedesaan.
\"Beras dan rokok kretek filter masih berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan di Bengkulu ,\" ujar Dyah.
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan oleh pihaknya, penyebab rokok masih menjadi komoditas penyumbang kemiskinan karena banyak ibu rumah tangga menyetujui para suaminya merokok lantaran biar semangat kerja. \"Rata-rata para ibu rumah tangga membiarkan suaminya membeli rokok biar semangat kerja,\" kata Dyah.
Dengan membiarkan para suaminya tetap merokok, maka uang yang harusnya digunakan untuk membeli beras terpaksa digunakan untuk membeli rokok. Hal tersebut menyebabkan beras menjadi penyumbang kemiskinan terbesar di Bengkulu. \"Siklus kemiskinan itu selalu berputar, kalau tidak ada yang dikorbankan atau dihentikan maka akan terus berlanjut seperti itu,\" tukasnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: