Ekonom: BI Naikkan Suku Bunga Dinilai Tepat

Ekonom: BI Naikkan Suku Bunga Dinilai Tepat

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya hingga 50 basis poin (bps) dinilai tepat. Hal itu untuk memberi sinyal jelas bagi pelaku pasar finansial bahwa BI siap menggunakan berbagai cara demi meredam tekanan terhadap kurs rupiah serta memperkecil volatilitas rupiah.

Pengamat Ekonomi, Dr Kamaludin menilai, kenaikan itu relatif kecil magnitudenya. Maka meski mengurangi likuiditas namun dampaknya relatif terbatas terhadap likuiditas maupun pada pertumbuhan kredit.

\"Dalam tiga tahun terakhir, BI sebenarnya sudah banyak mengeluarkan berbagai kebijakan moneter. Hal itu bertujuan melonggarkan likuiditas, di antaranya BI menurunkan suku bunga acuan sebelum kenaikan Mei 2018 lalu, BI pun menurunkan GWM (Giro Wajib Minimum), pelonggaran LTV (Loan to Value), dan lainnya,\" kata Udin, kemarin (6/6)

Meski begitu, terkait pertumbuhan kredit, Ia menilai, kebijakan pelonggaran moneter oleh BI memang butuh waktu untuk terlihat hasilnya. Apalagi, katanya, dalam kondisi ketika perbankan masih relatif konservatif dalam menyalurkan kredit.

\"Beberapa bank sempat mengalami bad loans ketika harga komoditas jatuh dan pertumbuhan ekonomi tertekan. Demand (permintaan) terhadap kredit dari perusahaan-perusahaan juga belum tumbuh kuat,\" ujar Udin.

Belum kuatnya permintaan kredit, katanya, terutama berkaitan dengan tertekannya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dengan begitu dampak dinaikkanya suku bunga acuan juga tidak bisa langsung terasa terhadap kredit. \"Untuk saat ini kenaikan suku bunga acuan belum begitu terasa terhadap kredit,\" tukasnya.

Sementara itu, Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), Endang Kurnia Saputra mengaku optimistis pertumbuhan kredit pada 2018 bisa mencapai 12% secara tahunan atau year on year (yoy). Hal ini melihat beberapa indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi. \"Kami optimis pertumbuhan kredit di Bengkulu bisa mencapai 10-12 %,\" ujar Endang.

BI mengakui, siklus finansial memang biasanya mengikuti ekonomi. Dengan pertumbuhan kredit terakhir yang sekitar 3.78 %, hal ini dapat dimaklumi karena memang pertumbuhan ekonomi masih belum terlalu kencang. \"Kita maklum mengingat pertumbuhan ekonomi pada triwulan I hanya 5.08 tetapi kita optimis hingga akhir 2018 bisa mencapai 12 persen,\" tutup Endang.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: