Silaturahmi Penjabat Gubernur dengan Pimpinan Media

Rabu 06-01-2016,13:15 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Ungkap Pengaruh Media hingga Bahas Kemiskinan BENGKULU, BE - Penjabat Gubernur Bengkulu, Dr H Suhajar Diantoro MSi kemarin sore (5/1) menggelar temu silaturahmi dengan pimpinan media dan para wartawan di The View Resto, Padang Harapan Kota Bengkulu. Sejumlah pimpinan media yang hadir seperti Wakil General Manager (GM) Harian Bengkulu Ekspress, Suherdi Marabilie SE, GM BETV, M Firdaus SP MM, Deputi GM RB Pihan Pino SIKom, GM Radar Bengkulu Syahbandar SPd, Ketua PWI Zacky Antoni SH MH, GM RBTV Dedy Wahyudi SE MM dan puluhan insan pers, baik dari media cetak, elektronik maupun online. Sementara dari Pemerintah Provinsi Bengkulu sendiri ikut hadir mendampingi penjabat gubernur, Kadishubkominfo Drs Rusdi Bakar MPd, Kepala Bappeda Ir Sorjum Ahyan MT, Kepala BKD Kautsar Agus Hutari dan Kabid Publikasi, Komunikasi dan Informasi Publik Dishubkominfo, Sri Hartika MSi. Dalam kesempatan itu, Suhajar mengungkapkan bahwa silaturahmi tersebut sengaja ia gagas untuk membangun hubungan yang baik dengan media massa yang ada di Provinsi Bengkulu, karena ia menyadari sepenuhnya bahwa media massa sangat berperan dalam membangun daerah. \"Sebelumnya yang menentukan kestabilan negara adalah 3 unsur, yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif, namun sejak 1997 semuanya berubah dan pihak yang menentukan kestabilan adalah negara, pelaku ekonomi dan civil society. Media masa sendiri masuk kedalam civil society bersama mahasiswa, LSM dan masyarakat luas,\" ungkap Suhajar saat membuka diskusi. Khusus civil society, Suhajar mengatakan bahwa peran media massa yang mendominan, bahkan banyak kebijakan pemerintah yang gagal akibat terus digempur oleh media massa. Untuk itu, mantan Sekda Provinsi Kepulauan Riau ini mengajak seluruh petinggi media dan para wartawan di Bengkulu untuk ikut menjadikan daerah ini menjadi baik, yakni dengan menyampaikan informasi atau berita yang santun, berimbang dan tidak tendensius. \"Membangun negara atau daerah ini adalah tanggungjawab kita semua, karena itu saya berpesan kepada wartawan untuk membuat daerah ini menjadi baik. Silahkan kebenaran itu diungkap meski pahit, namun dengan bahasa yang santun dan tidak memprovokasi. Karena dengan peran yang sangat berpengaruh ini, media bisa menjadikan daerah yang aman menjadi konflik,\" paparnya. Selain itu, Penjabat Gubernur juga menyampaikan mengenai angka kemiskinan di Provinsi Bengkulu yang masih cukup tinggi, yakni menembus angka 334 ribu jiwa atau 17 persen lebih dari jumlah penduduk Provinsi Bengkulu. Meski masih tinggi, Suhajar menyebutkan angka tersebut sudah jauh lebih kecil dibandingkan kemiskinan di tahun 2015. Kala itu kemiskinan di Provinsi Bengkulu berada diangka 22 persen dari total penduduk Bengkulu. \"Angka kemiskinan ini bisa terus bergerak. Artinya satu keluarga dikatakan miskin apabila penghasilan setaip anggota keluarganya dibawah Rp 13 ribu per hari. Karena untuk makan saja tidak cukup, apalagi untuk menjadi sejahtera. Sebaliknya, jika penghasilan setiap anggota keluarga lebih dari Rp 13 ribu perhari, itu bukan lagi miskin,\" terangnya. Tidak hanya itu, lanjutnya, indikator kemiskinan juga bisa dilihat dari luas rumah yang dihuni. Bila setiap anggota keluarga menghuni rumah yang berukuran kurang dari 8 meter persegi, itu sudah masuk kategori miskin, kalau diatas itu tidak miskin lagi. \"Misalnya satu keluarga menghuni rumah ukuran 36 meter persegi, tapi anggota keluarga mereka hanya 3 orang. Mereka tidak lagi miskin, karena setiap anggota keluarganya menghuni 12 meter persegi,\" imbuhnya. Untuk memberantas kemiskinan ini, Suhajar mengaku memang bukan pekerjaan mudah. Pemerintah tidak akan berhasil mengentas kemiskinan jika melalui bantuan langsung tunai kepada masyarakat, melainkan melakukan pembangunan menuju masyarakat yang mandiri. \"Program senyatakan adalah membangun masyarakat yang mandiri agar mereka bisa hidup sejahtera dan berkecukupan. Kalau mengandalkan semuanya dari pemerintah, tidak akan berhasil karena pemerintah juga memiliki keterbatasan,\" ujarnya. Dijelaskannya, yang dimaksud pembangunan menuju manusia yang mandiri adalah membangun yang bersifat stimulan bagi masyarakat, misalnya membangun infrastruktur dasar yang dibutuhkan masyarakat, selanjutnya masyarakat itu yang berusaha sendiri atau mandiri seperti yang dilakukan masyarakat Lebong Tandai, tanpa infrastruktur  mereka bangun jalan sendiri dan berusaha sendiri. \"Agar masyarakat mandiri dan sejahtera, tugas saya sebagai pemimpin dan media massa adalah mendidik masyarakat, termasuk memberikan keteladanan dan menghindari hal-hal buruk,\" ujarnya. Masih menurut Suhajar, kemiskinan erat kaitannya dengan budaya, sehingga kemiskinan di suatu daerah dengan daerah lainnya tidak pernah sama. Misalnya daerah yang masyarakatnya menolak bantuan karena ingin berusaha dan mandiri, dan ada pula yang menginginkan kemiskinan dengan berbondong-bondong meminta bantuan. \"Jika kita tidak memutus mata rantai kemiskinan ini, maka siklus kemiskinan tidak akan pernah berhenti, bahkan semakin bertambah,\" demikian Suhajar.(400)

Tags :
Kategori :

Terkait