CURUP UTARA, BE- Kasus meninggalnya jamaah suluk bukan terjadi di Kabupaten Kaur, tapi juga di Rejang Lebong dan Mukomuko. Dua jamaah dilaporkan meninggal di kedua daerah tersebut. Keduanya diketahui Roni Azis (43) jamaah pengajian ilmu tasawuf Thoriqoh Naqsyabandiyah asuh buya syekh M Rasyidsyah Fandy yang ada di Desa Suka Datang Kecamatan Curup Utara dan Murlian (34) jamaah suluk Naqsyabandiyah di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Sungai Rumbai, Mukomuko.
Roni Azis yang berasal dari Desa Pangkalan Damai Blok A2 Kebupaten Ogan Komering Ilir Sumatera selatan tersebut meninggal pada Kamis (25/5) sore sekitar pukul 15.40 WIB. Korban meninggal saat menunaikan salat Asyar berjamaah dengan para peserta lainnya.
\"Almarhum baru diketahui meninggal setelah semua jamaah menunaikan shalat asyar,\" ungkap Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan Suluk M Edy Rusman.
Menurut Edy sebelum meninggal, kondisi fisik almarhum memang sudah lemah. Bahkan saat menunaikan Salat Asyar pun ia menunaikan dengan cara duduk. Selain itu sebelum meninggal almarhum ditempatkan di kelambu khusus yang berada di ruang utama pelaksanaan suluk, dimana sebelumnya yang bersangkutan ditempatkan di ruang kelambu nomor 68 di lantai 2 gedung sekretariat pengajian Ilmu tasyawuf yang ada di Desa Suka Datang tersebut.
\"Karena memang fisiknya sudah lemah sehingga kita tempatkan di kelambu khusus bagian bawah,\" jelas Edy.
Lebih lanjut Edy menceritakan pasca dikatahui ada salah satu jamaah suluk yang meninggal pihaknya langsung berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang ada di lokasi serta dengan Polres Rejang Lebong. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter kemudian jenazah langsung dibawa ke rumah duka di Kabupaten OKI Sumatera Selatan untuk dimakamkan tanpa melalui proses visum. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis Roni diduga meninggal karena keletihan serta diduga karena dehidrasi.
\"Almarhum langsung kita berangkatkan kerumahnya Kamis sore sekitar pukul 17.00 WIB menggunakan mobil ambulance yang memang sudah kita siapkan,\"ungkap Edy.
Lebih lanjut Edy menjelaskan, sebelum mengikuti suluk, Roni tidak mengidap penyakit apapun, hal tersebut berdasarkan KIR dokter yang dilampirkannya saat mendaftar sebagai peserta suluk.
Selain itu Edy juga menjelaskan, selain meninggal dunia, terdapat juga empat orang yang sudah dipulangkan. Dipulangkannya keempat jemaah tersebut karena alasan kesehatan baik kesehatan peserta itu sendiri maupun anak peserta yang ikut dibawa. Peserta yang sudah dipulangkan ini dri daerah Jakarta dan Sumatera Selatan.
\"Saat ini jumlah jemaah kita tinggal 542 jemaah, yang paling jauh berasal dari Sumbawa Nusa Tenggara Barat,\" papar Edy.
Berdasarkan pantauan Bengkulu Ekspress dilokasi suluk, pasaca insiden meninggalnya satu orang peserta suluk tersebut, aktifitas suluk berjalan seperto biasanya tanpa ada terganggu. Selain itu pasca ada yang meninggal, Kamis malam, Kapolres Rejang Lebong AKBP Dirmanto SH SIk langsung melakukan peninjauan ke lokasi suluk.
Warga Bantal
Sementara Murlian (34) diketahui merupakan warga desa Pasar Bantal, Kecamatan Teramang Jaya Kabupaten Mukomuko. Peristiwa itu terjadi Kamis ( 25/6) malam sekitar pukul 22.15 WIB. Belum diketahui dengan pasti penyebab meninggalnya Murlian tersebut. Namun informasi yang diperoleh jamaah Naqsyabandiah itu tengah menjalankan zikir mengalami pusing – pusing. Oleh pengurus yang ada di lokasi itu membawa jamaah tersebut ke tenaga medis terdekat yang kemudian dirujuk ke Puskesmas Pondok Suguh. “ Ya, ada satu jamaah suluk yang tengah menjalankan kegiatannya di desa Sumber Makmur meninggal dunia,” demikian Ketua MUI Kecamatan Sungai Rumbai, H Muspar dihubungi Bengkulu Ekspress kemarin sore. Penyebab meninggalnya satu jamaah itu tidak diketahui dengan pasti. Kabarnya jamaah itu sakit pada kepala mengalami pusing – pusing. “ Ketika saya tanyakan ke petugas medis yang menangani. Awalnya jamaah itu mengalami pusing. Yang kemudian dirujuk ke puskesmas Pondok Suguh. Sebelum tiba di puskesmas. Jamaah itu diduga telah meninggal saat diperjalanan. Yang selanjutnya dibawa ke rumah duka di Pasar Bantal,” jelasnya.
Menurutnya, para jamaah itu tengah dalam pengawasan jajarannya bersama pihak – pihak terkait. Yang bertujuan agar kegiatan itu tidak melanggar aturan yang ada dan meresahkan masyarakat. “ Jamaah itu sudah lama kita pantau . Hingga saat ini masih diawasi. Sepanjang aktifitas jamaah itu tidak meresahkan. Sah – sah saja melakukan kegiatan dibidang keagamaan ,” tutupnya. Warga desa Pasar Bantal, Munzilin mengaku satu orang asal desanya yang tergabung pada salah satu pengajian tasawuf meninggal dunia. “ Apa penyebab meninggalnya kita tidak tau pasti. Yang jelas warganya itu jamaah pengajian tasawuf. Jenazahnya tiba di rumah duka kemarin malam dan hari ini (kemarin) telah dimakamkan,” singkatnya.
Kapolda Turun
Setelah sebelumnya mendapatkan kabar adanya jamaah suluk di Kabupaten Kaur yang meninggal dan sakit saat menjalankan ibadah, Kapolda Bengkulu, Brigjen Pol Drs HM Ghufron MM MSi, memantau secara langsung lokasi Suluk yang bakal dilaksanakan di surau Baitur Rabbi, jalan Lettu Zulkifli, Kelurahan Bajak, Kota Bengkulu, kemarin (26/6).
Menurut Kapolda, mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan terkhusus mengenai kesehatan jamaah Suluk, pihaknya mengaku siap untuk menurunkan sejumlah personel serta tenaga medis di tempat tersebut.
\"Kita sudah komunikasikan dengan pengurusnya, kalau memang harus hadir (anggota,red), kita akan hadirkan. Selain itu, kita memiliki RS Bhayangkara, jika memang dibutuhkan dan pengurus tak keberatan, kami akan perbantukan berupa tenaga medis dan obat-obatan,\" terang Kapolda.
Jenderal berbintang satu ini menambahkan, langkah antisipasi ini merupakan bentuk kepedulian anggota Polri dalam menjaga kekondusifan umat islam dalam menjalankan berbagai ibadah selama bulan suci Ramadan ini.
\"Bagi jamaah tarikat Nasyabandiyah, ini (suluk,red) merupakan aktivitas yang harus diikuti. Sebab itu, kami dari Polri siap membantu supaya orang yang sudah jauh datang untuk beribadah bisa kembali pulang dalam kondisi yang sama dan dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan tuntunan guru atau Mursitnya,\" tambah Kapolda.
Sementara itu, ketika ditanya apakah tempat suluk yang berada di Kota Bengkulu dipastikan aman bagi para jamaah, Kapolda mengatakan bahwa para penguruslah yang lebih berkewajiban untuk memastikan hal tersebut. \"Kegiatan ini adalah masalah spiritual. Sudah sesuai atau tidak, yang tahu persis adalah guru atau pengurusnya,\" tandas Kapolda.
Sementara itu, Ketua Panitia Suluk, di Surau Baitur Rabbi, menyampaikan, bahwa pihaknya akan memulai kegiatan Suluk pada hari ini (27/6), selama 10 hari kedepan dan dikuti oleh 38 orang. Selain itu, ia menjamin kenyamanan tempat yang akan digunakan oleh para peserta Suluk. Sebab, sejak kegiatan suluk di tempat tersebut dimulai, panitia tak pernah mendapati adanya peserta yang mengalami sakit maupun meninggal dunia saat menjalankan ibadah.
\"Suluk disini sudah dimulai sejak tahun 2003 dan dikikuti oleh para peserta yang berasal dari berbagai daerah, dimulai dari Provinsi Lampung, Kabupaten Seluma maupun dari Kota Bengkulu sendiri. Selama ini tak pernah ada yang mengalami sakit atau meninggal,\" tandasnya.
Tak Bisa Larang
Meninggalnya salah seorang jamaah suluk, Zakwan (46), warga asal Lampung Kecamatan Way Jambu kota Krui Kabupaten Pesisir Barat, menjadi perhatian semua pihak, tak terkecuali Kanwil Kemenag Bengkulu.
Mandapat laporan tersebut, Kanwil Kemenag Bengkulu, Dr H Suardi Abbas, bersama rombongan Kemenag langsung bertolak dari Kota Bengkulu ke lokasi suluk di gedung pelatihan rohani Desa Padang Panjang Kecamatan Semidang Gumay. Dan pihaknya telah menyampaikan kejadian ini ke Kapolda Bengkulu dan Gubernur. \" Saya telah mendapatkan informasi tersebut dari Kemenag Kaur, dan kejadian inipun telah disampaikan secara lisan kepada Kapolda, dan gubernur. Secara bersamaan hari ini safari Ramadhan di Kaur, dan saya akan langsung meninjau lokasi Suluk, \" kata Suardi Abbas diamini PPID Kanwil Kemenag, H Nopian Gustari MPDi .
Di sana nanti, katanya pihaknyapun akan meminta penjelasan kepada pihak panitia atas kematian jamaah tersebut, sehingga tidak ada korban kembali. Selama disana, Kanwil kemenag akan memantau fasilitas
penunjang ibadah, mulai dari sarana kesehatan, kelambu suluk, tempat pemandian, dapur. Jika memenuhi standar maka diharapkan jamaah yang lain dapat meningkatkan lagi intensitas pantauan kesehatan dan keselamatan jemaah.
Ia menilai meninggalnya Jamaah tersebut disebabkan faktor kelelahan, apalagi kelambu yang digunakan hanya berukuran 1x1 meter, dimana di sana jamaah harus beristirahat.
Suardi Abbas pun mengakui hampir setiap tahun kegiatan ibadah suluk kerap memakan korban, namun Kemenag tidak bisa menghentikan atau melarang kegiatan itu, \" Kemenag tidak bisa melarang itu, kan itu juga ibadah, tentunya jamaah yang meninggal karena sudah dipanggil Allah saja,\" katanya.
Suluk bukanlah ibadah yang diwajibkan, namun bisa masuk dalam kategori sunah muakat, atas inilah pelaksanaan suluk dilakukan atas dasar menjalankan ibadah. dan selama ajaran itu berdasarkan quran dan hadist, maka kita akan saling menghormati.
Tapi kami minta pelaksanaannya lebih terpantau. Mulai dari kelengkapan, kenyamanan dan pantauan medis pesertanya harus lebih ditingkatkan. Kami sudah sampaikan kepada pihak panitia agar lebih intensif memantau kesehatan jemaahnya.
Sementara itu, jumlah jamaah suluk di provinsi Bengkulu tercatat 1500 jamaah, jumlah itu terbagi di empat daerah yakni 600 jamaah di Rejang Lebong, 300 jamaah di Kota Bengkulu, 200 Jamaah di Kaur, dan 300 Jamaah di Bengkulu Selatan. Data tersebut diperoleh secara random dari kemenag kabupaten/kota, karena sejauh ini pelaksanaan ibadah suluk tidak pernah dilaporkan ke kanwil kemenag. (247/251/900/135)