Distribusi BBM Paling Rumit, Ingin Kalahkan Petronas

Senin 09-02-2015,12:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Dari Kunjungan Bengkulu Ekspres ke Kantor Pusat Pertamina

Pertamina menjadi salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) paling vital bagi Indonesia. Betapa tidak? BUMN ini diserahkan mengurusi minyak dan gas yang menjadi sumber energi. Nah, Bengkulu Ekspress (BE), Jum\'at (6/2) lalu berkesempatan mengunjungi kantor pusat Pertamina di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta dan berdiskusi seputar kiprah Pertamina.

***
Difasilitasi Senior External Relationn PT Pertamina Marketing Operation Region MOR II Sumbagsel, Alicia Irzanova,  BE berkesempatan \'menduduki\' lantai 21 gedung utama Pertamina. Lantai tersebut merupakan lantai paling atas dari markas besar BUMN tersebut.  Media Manager PT Pertamina, Adiatma Sarjito menjadi komandan yang menyambut BE bersama rombongan wartawan se-Sumbagsel lainnya.

Di kesempatan itu, Adim--sapaan akrab Adiatma Sarjito--, menyampaikan jika distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia merupakan yang paling rumit di dunia. Bahkan sangat kompleks. Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan yang tersebar sepanjang khatulistiwa mendasari alasan tersebut.

\"Kita negara kepulauan, 16.000 pulau, sampai pulau terpencil kita harga jual harga BBM sama dengan yang di kota besar seperti Jakarta. Semua jenis transportasi kita gunakan untuk mendistribusikan BBM ke seluruh pelosok negeri. Baik itu darat, udara maupun laut. Memang distribusi Indonesia sangat rumit dan kompleks,\" ucap Adim.

Tingginya biaya operasional inilah yang kerap memicu disparitas harga antar berbagai daerah. Misalnya saja daerah Papua. BBM harus dibawa dengan pesawat menggunakan drum. Bisa dibayangkan berapa besar operasional membawa drum tersebut. Itu hanya sebatas titik bandara. Belum sampai ke titik komunitas warga. \"Terkadang jeleknya infrastruktur jalan membuat BBM harus diangkut menggunakan tenaga manusia,\" tuturnya.

Kondisi demikian, kata dia, semestinya mendapatkan prioritas dukungan dari pemerintah daerah (Pemda). Misalnya perbaikan infrastruktur jalan, pengerukan alur yang dangkal hingga mengangkat lembaga penyalur khusus bagi lokasi yang tidak memiliki penyalur.\"Seperti Bengkulu kendalanya juga masalah alur yang dangkal sehingga jumlah BBM yang dibawa tidak bisa maksimal,\" katanya lagi.

Sekalipun begitu, Pertamina tetap berupaya mendistribusikan BBM agar tidak terputus. Bisa dibayangkan jika BBM terhambat sehari saja akan memicu kekacauan yang luar biasa. Sebab, BBM masih menjadi sumber energi utama yang digunakan masyarakat Indonesia.\"BBM terlambat saja antrean panjang sudah mewarnai SPBU-SPBU. Apalagi sampai terputus satu hari saja. Pastinya akan terjadi chaos,\" tegasnya.

Ia pun menyebutkan di tengah keterbatasan yang ada, Pertamina mampu menjadi BUMN berkelas dunia dengan berhasil masuk daftar perusahaan terbesar di dunia dalam Fortune Global 500. Pertamina masuk dalam urutan 123. Pun demikian Pertamina masih kalah dengan BUMN Thailand. Apalagi dengan Petronasnya Malaysia.\"Aset Petronas itu 8 kali lebih besar dari Pertamina,\" terangnya.

Kedigdayaan Petronas atas Pertamina ibarat murid yang lebih hebat dari gurunya. Laba bersih Petronas bisa mencapai US$ 20 miliar. Dibandingkan dengan gabungan laba 138 BUMN Indonesia saat ini, Petronas masih belum tertandingi.

Padahal dulu ceritanya Petronas belajar dengan Pertamina. Tak hanya soal operasional semata dan penyusunan kontrak, tapi juga soal regulasi. Dengan kata lain bahwa Pertamina  itu menjadi panduan bagi Petronas. Tapi sekarang Pertamina harus mengakui keunggulan dari Petronas.\"Memang ada kebijakan yang berbeda antara Indonesia dan Malaysia dulunya,\" ucapnya tanpa menjelaskan lebih detil.

Lalu kapan Indonesia bisa sejajar dengan Petronas? Dalam Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Pertamina, perusahaan mencanangkan bisa bersaing di tingkat regional pada 2018. Pada tahun itu, Pertamina bisa sekelas Petronas dan sejumlah perusahaan minyak besar di Asia Tenggara.

Namun, sebelum itu, Pertamina kali pertama menargetkan mengalahkan Chevron Indonesia pada 2013. Chevron saat ini menjadi perusahaan nomor satu penyumbang minyak di Indonesia dengan produksi 490 ribu barel setara minyak per hari (mboepd). Pertamina terus menggenjot agar produksi minyak meningkat dari 350 mboepd saat ini menjadi 517 mboepd pada 2013.
Lalu, setelah menyalip Chevron dan Petronas, pada 2023 Pertamina akan menjadi perusahaan kelas dunia, setidaknya dengan peringkat 15 besar. Pada posisi ini, Pertamina akan sejajar dengan Statoil, perusahaan energi asal Norwegia dan ExxonMobil, raksasa dari Amerika Serikat.(**)

Tags :
Kategori :

Terkait