Kondisi itu pula yang dikeluhkan oleh Manager Sub Logistik Packing Plan Sorong PT Semen Indonesia, Choiru Zaki. Sebab, seringnya mati listrik membuat biaya operasional meningkat. Terlebih, dalam sehari listrik bisa padam berkali-kali.
\"Di sini setiap hari malah bisa mati listrik, bisa sampai sepuluh kali per harinya. Kalau begini terus ini yang membuat biaya operasional kami membengkak,\" ujarnya ketika ditemui di kantornya, Kamis (4/9).
Meski kerap mati lampu, dikatakan Zaki bahwa pihaknya telah memiliki genset, agar dapat menggerakkan mesin-mesin pabrik meski dalam kondisi mati lampu. Hanya saja kelangkaan solar di Sorong, membuat perseroan terpaksa membeli solar sebanyak 200 liter setiap sepuluh hari.
\"Solar kalau mati listrik 50 liter itu hanya bisa jalankan genset selama empat jam. Tapi solar di sini susah, jadi kita beli solar non subsidi yang agak mahal harganya dan kita harus beli di kota,\" bebernya.
Ke depan ia berharap, pembangunan di Indonesia Timur yang sedang dicanangkan pemerintah dapat terwujud dan dipercepat pengerjaannya, mengingat potensi pasar Semen di Papua masih sangat besar. \"Ya secepatnya dikerjakan, agar kami bisa lebih mengembangkan Semen di Papua,\" tandas Zaki. (chi/jpnn)