Suamiku Lebih Mencintai Adikku

Minggu 23-02-2014,12:10 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Selama tiga tahun aku dan Roy suamiku membina rumah tangga, tak pernah sedikitpun terbesit di hati ini akan mengalami peristiwa yang begitu menyakitkan hati. Begitu pula dengan Roy, ia mengaku tak pernah bisa mengerti mengapa ia mampu mencintai adik iparnya sendiri. Padahal awalnya rasa kasih sayang Roy terhadap Ajeng adikku hanya sebatas rasa sayang kakak terhadap adik. Usiaku dengan Ajeng memang hanya terpaut satu tahun dan itu membuat kami selalu bersaing dalam segala hal, tidak terkecuali dalam mendapatkan teman laki-laki. Tapi itu semua tidak membuat kami saling bermusuhan, malah sebaliknya kedekatan itu membuat kami saling terbuka satu sama lain. Apalagi setelah kedua orang tua kami meninggalkan kami untuk selama-lamanya, aku menjadi tumpuan dan saudara satu-satunya yang paling dekat dengan Ajeng. Sehingga segala keperluan yang dibutuhkan Ajeng manjadi tanggung jawab kami, demikian pula saat Ajeng mengalami berbagai kesulitan yang sangat pribadi sekalipun, aku dan suamiku selalu menjadi tempat curahan hati dan segala keluh kesah Ajeng. Selama ini Ajeng memang tidak tinggal bersama kami, karena Perguruan Tinggi dimana ia menuntut ilmu berada di provinsi yang berbeda. Namun setelah ia lulus, mau tak mau keluarga kami harus menampungnya, walau keadaan ekonomi kami tidak bisa dibilang berkecukupan. Untunglah sampai saat itu aku belum memiliki momongan sehingga kehadiran Ajeng tidak terlalu membuat kami kerepotan. Seperti sudah aku duga sebelumnya, selama tinggal di rumahku, Ajeng banyak bercerita dan berkeluh kesah kepadaku juga kepada Roy. Karena selama hampir enam bulan tinggal di rumahku, ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Ajeng mengaku merasa tidak enak karena setiap hari selalu saja membuat kami repot. Tapi aku selalu memberi pengertian kepada Ajeng begitu juga suamiku, malah bisa di bilang suamiku lebih perhatian dari pada aku. Seiring waktu berjalan, kedekatan suamiku dengan Ajeng semakin terlihat. Saat itu aku sama sekali tak menaruh curiga terhadap keduanya, apalagi Ajeng dan suamiku kerap kali bertemu untuk membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi adikku dan aku menganggap itu adalah hal yang wajar antara seorang adik dan kakak ipar. Hingga suatu malam, saat aku sedang menunaikan kewajibanku bersama suami, sekilas aku melihat bayangan Ajeng yang sedang mengintip \"pergumulan\" kami. Sejak saat itu, tingkah laku Ajeng memang sedikit berubah, apalagi terhadap suamiku. Ia selalu berusaha menghindar jika aku secara kebetulan berada di dekatnya. Tingkah lakunya tersebut jelas membuat aku tersenyum, karena walau bagaimanapun ia pasti telah melihat aku dan suamiku saat itu. Namun senyumku berubah menjadi tangisan, tatkala secara tak sengaja aku memergoki Ajeng sedang bergumul dengan suamiku didalam kamarnya. Saat itu juga aku meradang, kulabrak mereka berdua dan suamiku terlihat sangat keget dan berusaha menjelaskan semuanya. Sementara Ajeng dengan terburu-buru mengenakan pakaian dan segera meninggalkan kami berdua yang sedang bertengkar hebat. Hari itu juga aku berkemas dan meninggalkan suamiku yang masih terlihat shok. Tiga hari kemudian aku kembali kerumahku setelah sebelumnya aku menginap di rumah sanak famili dan aku begitu terkejut saat kudapati rumah dalam keadaan kosong. Aku tak mendapati suami dan adiku, yang ada hanya sepucuk surat yang mengabarkan bahwa suami dan adikku pergi meninggalkan rumah dan berencana menikah di suatu tempat yang tidak mereka sebutkan. Setelah itu aku hanya bisa terduduk lesu dan tak terasa air mataku tumpah membasahi wajahku. Padahal sebelumnya aku ingin memaafkan mereka berdua dengan apa yang telah mereka lakukan terhadapku. Walau bagaimanapun Ajeng adalah adik kandungku yang harus aku lindungi dan aku urus. Namun apa yang aku dapatkan sekarang ini justru membuat aku menjadi sangat membenci mereka berdua. Yang sekarang aku pikirkan bagaimana tanggung jawabku terhadap keluarga, terhadap amanat ayah dan ibuku untuk menjaga keutuhan keluarga. Kemana  aku harus mencari Ajeng dan suamiku yang telah pergi dan berencana menikah. (**)

Tags :
Kategori :

Terkait