Suatu malam, dengan marah, Deddy Mizwar menelepon Eep Saefulloh Fatah, Direktur Polmark Indonesia. Ia mengajak bertemu dan menceritakan baru saja ditemui seseorang. Orang itu menawarkan ganti rugi atas semua kontrak yang bakal ditinggalkan jika Deddy mau menjadi calon wakil gubernur. \"Emang-nya saya ini barang politik yang bisa diperdagangkan. Sudah Ep, jangan lagi bicara Jawa Barat,\" ujarnya, seperti ditirukan Eep.
Cerita ini belakangan disampaikan Eep kepada Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat yang kini mencalonkan lagi. \"Gerundelan\" ini justru membawa hikmah. Komunikasi Deddy dan Aher justru meningkat dengan Eep sebagai penghubung.
Belakangan, menjelang batas waktu pendaftaran tiba, 4 November 2012, Deddy memikirkan ulang tawaran itu. Ia juga minta waktu bicara dengan keluarganya. Keputusan diambil setelah resepsi pernikahan putri Deddy. Dinihari, ia mengabarkan keputusannya menerima pencalonan itu.
Keputusan itu disambut gembira kubu Ahmad Heryawan. Untuk memuluskan urusan, Aher bertemu dengan Ketua Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali, memastikan soal koalisi sekaligus menyampaikan hasil akhir pencalonan. Kesediaan PPP berkoalisi dengan PKS, Partai Hanura, dan Partai Bintang Bulan memuluskan pencalonan. PKS tak bisa sendirian melenggang maju dengan 13 kursi. Sesuai dengan syarat, butuh dua kursi lagi untuk memperoleh tiket pencalonan.
Di Hotel Crown Jakarta, tiga hari sebelum pertemuan dengan Suryadharma, Aher bertemu dengan Deddy, meneken sejumlah kontrak pencalonan dan administrasi. Keduanya berpelukan. Saat itu, ibarat motor, Deddy mengaku berada dalam posisi gigi tiga. \"Rasanya mau ngegas saja,\" ujarnya.
Sabtunya, tepat di hari Pahlawan, Aher dengan sumringah memamerkan gandengan barunya itu kepada orang banyak. \"Saya memilih dia bukan karena dia aktor, bukan juga artis populer,\" kata Aher. \"Ini karena kami satu hati, satu visi.\"(**)