BENGKULU, BE - Festival tabot yang sudah menjadi agenda rutin Provinsi Bengkulu setiap tahunnya diharapkan terus mengalami perbaikan dari segala sisi. Terutama dari segi pelayanan khususnya untuk area bazar, keamanan, parkir dan kebersihan. Di sini Yayasan Assyura berharap dan meminta Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu maupun Kota Bengkulu ikut ambil bagian dalam pengaturan terkait semua kegiatan dan program yang berkaitan dengan tabot. Sehingga pelaksanaan tabot jika dibandingkan dulu, sekarang dan nanti dimasa depan terus membaik dan makin berkualitas.
\'\'Ini kan event nasional tentu sudah semestinya Dinas Pariwisata ikut mengatur lokasi tabot. Agar masyarakat merasa nyaman dalam berkunjung ke lokasi festival dan lokasi bazar,\'\' ujar disampaikan Ketua Pelaksana Bazar Tabot dari Yayasan Assyura, Robi Baheram saat ditemui Bengkulu Ekspress di lokasi tabot, kemarin (7/11).
Di sini Robi mengatakan setiap kali pelaksanaan tabot selalu muncul masalah. Lokasi bazar tabot yang tidak teratur, sehingga pengunjung merasa tidak nyaman. Permasalahan ini selalu terjadi setiap tahunnya. Semestinya masalah ini bisa diprediksi dan bisa diatasi sejak awal.
Asalkan lokasi tabot sudah ditetapkan dan dipermanenkan. Mulai dari areal yang dipakai untuk bazar tabot, batasan lokasi yang bisa dipakai. Lokasinya pun tidak boleh mengganggu para pedagang Ruko di lokasi pasar kampung. \'\'Selama ini setiap kali tabot dilaksanakan, saudara-saudara kita para pedagang selalu menjerit. Aktivitas perdagangan mereka terganggu. Maunya kita dari Assyura hal ini tidak terjadi lagi,\'\' katanya.
Untuk itu kata Robi, Pemkot dan DPRD Kota Bengkulu perlu membuat payung hukum khusus mengenai tabot. Semisal berupa Perwal atau Peraturan daerah (Perda), yang harus dipatuhi semua pihak. Dengan begitu pelaksanaan tabot bisa tertata rapi, semua diuntungkan, dinikmati semua lapisan masyarakat dan menjadi kebanggaan masyarakat Bengkulu.
Di sini kata Robi perencanaan yang matang perlu dilakukan sebelum tabot dilaksanakan. Dinas Pariwisata perlu menyiapkan konsep seperti apa tabot yang diinginkan. \'\'Seperti di Dinas Pariwisata itu kan ada bidang promosi, ada bidang pariwisata. Nah merekalah yang hendaknya menggodok konsep tabot ini. Ini yang belum ketemu,\'\' katanya.
Selain itu permasalahan perizinan pun juga menjadi kendala. Selama ini Yayasan Assyura yang mengurusnya ke Dinas Perhubungan dan Polres Bengkulu. Karena ini ada agenda pemerintah daerah juga pemerintah daerah didalamnya semestinya, Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata yang sudah mengeluarkan izinnya. Tentu dengan seizin dan rekomendasi lembaga terkait seperti Polres Bengkulu. Ada baiknya kalau Yayasan Assyura hanya tinggal melaksanakan dan mengatur tekhnis dilapangan saja.
Dalam hal ini Robi mengajak dan menyarankan Pemkot melaksanakan rapat bersama. Dengan melibatkan stakeholders terkait, seperti Polres Bengkulu, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, KKT, dan Yayasan Asyura. Guna membahas permasalahan tersebut. Pelaksanaan tabot setiap tahunnya dievaluasi. Lalu dirumuskan apa kekurangannya, mana yang harus diperbaiki. Kemudian dirumuskan apa yang harus dilakukan untuk perbaikannya. Sehingga tabot dari yang dulu, sekarang dan dimasa depan terus membaik.
\"\'Maksud saya, kami selaku masyarakat yang peduli terhadap kegiatan ini termasuk saya selaku ketua yayasan 10 muharam. Juga Ali Arifin selaku dari yayasan Assyura, komunitas KKT, dan ditambah lagi unsur masyarakat peduli lingkungan yaitu karang taruna mari kita duduk bersama coba menata ini tabot ini,\'\' katanya.
Jangan seperti selama ini semuanya bekerja sendiri-sendiri. Yayasan Assyura selaku penyelenggara Tabot dan bazar terkesan hanya dipatok yang penting memasukkan PAD (Pendapatan Daerah) saja. Sementara jalan terbaik untuk mengatur tabot agar berjalan tertib aman dan sukses tidak diberikan.
Hal senada juga diakui pedagang di kawasan bazar tabot, Ferry pedagang pakaian. Menurutnya pedagang pun setuju kalau lokasi mereka berjualan di bazar tabot diatur sedemikian rupa. Dengan begitu mereka lebih tertata rapi dan enak berjualan. Kondisi itu bisa menguntungkan pedagang. Karna pengunjung akan betah berlama-lama di lokasi tabot dan mau mengeluarkan koceknya untuk berbelanja barang yang tersedia di bazar tabot. Meski begitu Ferry mengaku selama tabot berlangsung baru tahun 2013 inilah penataan pedagang tabot lebih baik. Ferry sendiri rutin berjualan setiap kali tabot berlangsung sejak tahun 2000. Sebelumnya lokasi berjualan pedagang sangat tidak menguntungkan. Kalau hujan becek, sempit dan tidak nyaman bagi pengunjung. \"Baru tahun kola yang penataannyo elok dan teratur. Ambo mulai bejualan di Tabot ko dari tahun 2000. Harapan ambo untuk ke depannyo agar lebih elok lagilah dan kalo pacak untuk penempatnnyo jugo kalo bisa dibuek semi permanen,\" ungkap Ferry. (cik6/prw)