BACA JUGA:Beramal Sholeh yang Berlebihan Ternyata Bahaya! Berikut Penjelasan Gus Baha
Gus Baha menjelaskan bahwa tingkatan tertinggi dari muttaqin adalah mereka yang tidak hanya mampu menghindari dosa besar dan kecil, tetapi juga berhasil menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau dapat mengalihkan perhatian dari Allah.
Kelompok ini terdiri dari para wali dan ulama yang memiliki ketakwaan luar biasa. Mereka menjaga diri dari segala sesuatu yang tidak memberikan kebaikan.
Menurut Gus Baha, menjadi muttaqin bukan berarti seseorang harus terbebas dari dosa sepenuhnya.
Yang lebih penting adalah upaya berkelanjutan untuk memperbaiki diri serta menghindari dosa-dosa besar maupun kecil. Bahkan, usaha untuk menjauhi hal-hal yang tidak penting menunjukkan kedalaman ketakwaan seseorang.
Salah satu aspek penting dalam muttaqin yang sering disoroti adalah menjaga pandangan dan perilaku terhadap lawan jenis.
Gus Baha mengingatkan bahwa meskipun banyak orang dapat menghindari dosa besar seperti zina, mereka sering kali masih tergelincir dalam dosa kecil, seperti memandang wanita yang bukan mahram.
Menjaga pandangan ini, menurut Gus Baha, merupakan bagian dari upaya menjaga kesucian hati dan perilaku.
BACA JUGA:Ingin Rezeki Melimpah Tanpa Berdoa? Gus Baha Sarankan Lakukan Ini
Ketakwaan tidak hanya soal menjauhi dosa-dosa besar yang tampak, tetapi juga mencakup menjaga hati agar tetap bersih dan terfokus pada kehidupan akhirat.
Islam mengajarkan pentingnya proses peningkatan keimanan dan ketakwaan secara terus-menerus.
Gus Baha juga menekankan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan adalah bagian dari kehidupan, tetapi yang membedakan adalah niat dan usaha seseorang untuk selalu memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang benar.
Menjadi muttaqin adalah perjalanan yang penuh tantangan, tetapi selama seseorang terus berusaha untuk menghindari dosa, memperkuat keimanan, dan menjaga hati, ia tetap berada di jalan menuju keridhaan Allah.
Pada akhirnya, Gus Baha menegaskan bahwa konsep muttaqin berkaitan erat dengan kesungguhan seseorang dalam beragama.
Ketakwaan tidak hanya terlihat dari amalan yang tampak, tetapi juga dari niat yang tulus dan usaha menjaga hati agar selalu mengharapkan ridha Allah.