BENGKULUEKSPRESS.COM - Perjuangan warga Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu melawan dampak kerusakan lingkungan akibat polusi batubara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Teluk Sepang diangkat menjadi film dan dipertontonkan secara umum.
Tokoh yang di filmkan ini adalah Jalalludin (78) seorang tokoh masyarakat di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu.
Dengan lantang Jalalludin mengatakan bahwa dirinya melawan akan hadirnya PLTU Batubara Teluk Sepang di Bengkulu dan meminta agar PLTU Batubara tersebut ditutup.
"Indonesia saat ini udaranya sudah kotor. Tugas kalian semuanya penerus bangsa, kalau kami mungkin besok lusa sudah tidak ada lagi. Teruskan perjuangan menyelamatkan lingkungan. Sekarang ini keadilan hanya sekedar angan bayangan, tidak ada yang menjadi kenyataan," ujar Jalalludin dalam film yang diputar di Aula Ahmad Dahlan Kampus IV Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) Jalan Adam Malik Kota Bengkulu pada Jumat 31 Mei 2024.
BACA JUGA:245 Unit Lampu Jalan di Kota Bengkulu Tuntas Dipasang Juni 2024 Ini
Film ini mengisahkan para aktivis lingkungan yang menyuarakan lingkungan yang bersih tanpa hadirnya polusi yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan.
Dimulai dari perjuangan Jalalludin sejak tahun 2017 lalu. Sejak ia mendengar akan ada PLTU berbahan bakar batubara didirikan di Teluk Sepang. Sejak saat itu hampir tidak ada aktivitas perlawanan terhadap adanya PLTU batubara Teluk Sepang yang dilewatkannya.
Seperti belajar, aksi lapangan, sampai menjadi pembicara di berbagai media dilakoninya.
"Saya salah satu penggugat. Ketika penentuan para penggugat izin lingkungan PLTU batubara Teluk Sepang dilaksanakan. Tidak ada sidang tanpa kehadirannya," tegas Jalalludin
Ketika hakim menyatakan gugatan terhadap izin lingkungan dinyatakan kalah, Jalaludin pun menyatakan, ini adalah bukti ketika yang berpunya dan berkuasa bersatu. Mereka tidak peduli akan keselamatan warga, utamanya warga Teluk Sepang yang menderita sakit dan kehilangan mata pencaharian.
BACA JUGA:KLHK Dinilai Cuci Tangan, Lahan Pembuangan Limbah PLTU Dikeluarkan dari Kawasan TWA Pantai Panjang
Perjuangan Jalalludin pun harus berakhir karena pada 27 Februari 2024 kemarin ia berpulang ke Rahmatullah.
Jalalludin mengalami sesak nafas lebih kurang 2 minggu. Meski Jalalludin telah tiada, namun semangat perjuangannya menolak tambang batubara dan PLTU Teluk Sepang harus tetap harus diteruskan oleh generasi muda.
Di wilayah lain Reza Yuliana atau Ejak (17) warga Desa Muara Maung Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan juga aktif dalam Yayasan Anak Padi yang berupaya menyelamatkan Sungai Kungkilan yang kondisinya hancur akibat aktivitas pertambangan batubara.
Yayasan Anak Padi akan membuktikan bagaimana PT. Kasih Karya Agung, PT. Bumi Merapi Energi, PT. Bara Alam Utama dan PT. Muara Alam Sejahtera menghancurkan Sungai Kungkilan.