Hindari Reputasi Buruk Pada BI Checking Saat Menggunakan Paylater, Begini Cara Mengeceknya

Sabtu 16-09-2023,14:09 WIB
Reporter : Dian Panca
Editor : Rajman Azhar

 

Ia melihat kontribusi generasi milenial dan generasi z pada bisnis ritel bank sangat besar. Terutama, pada produk keuangan yang terdigitalisasi seperti paylater.

 

Maka dari itu, Trioksa memandang bisnis paylater tentunya akan menguntungkan bank. Belum lagi, bank memiliki modal dan sumber daya yang lebih dari memadai untuk masuk ke bisnis tersebut.

 

Menurut Dewan Pengawas Multiguna Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Dino Martin, bisnis paylater adalah 'volume game'. Ia menjelaskan biaya akuisisinya sangat besar, sementara potensi keuntungannya kecil bahkan berpotensi minus.

 

"Ini Volume Game. Harus besar sekali baru bisa mengharapkan profit. Untuk bank lebih masuk akal main di paylater karena budget acquisition cost-nya mereka lebih besar. Kok bisa lebih besar? Ya karena LTV (long term value) customer bank khan lebih besar," terang Dino.

 

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi berpendapat masuknya perbankan ke paylater tentu akan menambah semarak dan adanya persaingan dalam bisnis ini. 

 

Terlebih dalam paylater, pengguna dapat memilih layanan mana yang lebih sesuai, baik tenor, bunga maupun besaran maksimal pinjaman yang bisa diberikan.

 

Namun, ia menyebut jika layanan paylater bank akan masuk ke e-commerce, perlu berhati-hati. Ini karena banyaknya jumlah pengguna yang menunggak bahkan gagal bayar cicilan karena berbagai macam penyebab.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan bahwa jumlah outstanding amount atau jumlah utang yang belum terbayarkan dari BNPL sebesar Rp 25,16 triliun per semester I-2023. Sementara total outstanding yang termasuk kredit macet atau non performing loan (NPL) sebesar Rp 2,15 triliun.

Kategori :