Beranjak ke pulau Bali, ada Puri Saren Agung yang berlokasi di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Puri ini merupakan saksi bisu Kerajaan Ubud. Sejak akhir abad ke-19, Puri Saren Agung dijadikan sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman resmi keluarga Kerajaan Ubud. Kini, puri ini difungsikan sebagai museum dan pusat kesenian tradisional Bali.
Puri Saren Agung kental dengan arsitektur bangunan tradisional khas Bali. Hal tersebut tampak jelas pada ornamen ukir dan detail di setiap sisi bangunan. Dindingnya pun terbuat dari batu bata merah yang dihias dengan relief dan ukiran tradisional. Ciri khas ini semakin menambah nilai estetika Puri Saren Agung. Pintu masuknya sangat fenomenal di kalangan wisatawan. Umumnya, wisatawan berfoto di pintu masuk puri karena dihiasi ukiran batu dan ukiran khas berwarna keemasan.
BACA JUGA:32 Saham Prancis Membukukan Keuntungan, 7 Saham Masih Merugi
9. Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada masa perkembangan Islam atau sekitar 1529. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, keraton tertua di Cirebon. Keraton Kasepuhan difungsikan sebagai tempat para pendiri Cirebon bertahta, sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon.
Tembok bata merah mengelilingi halaman depan Keraton Kasepuhan. Di dalamnya terdapat pula pendopo yang masih terpelihara dengan baik. Keraton ini memiliki dua gerbang. Pintu gerbang utama terletak di sebelah utara berupa jembatan dan dinamakan Kreteg Pangrawit, sedangkan pintu gerbang kedua berada di selatan kompleks keraton dan disebut Lawang Sanga (pintu sembilan).
BACA JUGA:Harga Emas Naik Tipis Imbal Hasil Obligasi AS Jadi Segini
10. Istana Basa Paguruyung
Istana Basa Pagaruyung (“Istano Basa Pagaruyuang” dalam bahasa Minang) yang saat ini berdiri di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat merupakan replika dari istana asli Kerajaan Pagaruyung. Bangunan istana Pagaruyung yang asli berlokasi di Bukit Batu Patah dan hancur dibakar Belanda pada tahun 1804. Setelah insiden itu, istana ini didirikan ulang, tetapi kembali terbakar pada tahun 1966.
Pada tahun 1976, upaya rekonstruksi dilakukan di sisi selatan bangunan asli, yakni tempat berdirinya Istano Basa Pagaruyung yang sekarang. Sayangnya, pada tahun 2007 istana ini lagi-lagi dilahap si jago merah akibat tersambar petir. Berselang satu tahun, Istano Basa Pagaruyung kembali dibangun dan pengerjaannya selesai pada tahun 2012.
BACA JUGA:Cara Gampang Menghasilkan Saldo DANA Gratis Rp150.000 Langsung ke E-Wallet, Cobain ini
Istano Basa Pagaruyung merupakan istana dengan bangunan berbentuk rumah gadang yang terdiri dari tiga tingkat. Atapnya yang berbentuk gonjong menjadi ciri khas dari istana ini. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan dengan fungsi yang berbeda. Seluruh dinding istana ini dihiasi ornamen ukiran berwarna-warni yang mengandung makna filosofi budaya Minang.
Berwisata sambil mengenang sejarah merupakan opsi liburan edukasi bersama keluarga yang sayang untuk dilewatkan. (**)