Krisis di Bentang Seblat Memicu Bencana Ekologis dan Krisis Iklim

Selasa 06-06-2023,13:46 WIB
Reporter : release
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia pertama kali dicetuskan dalam konferensi Stockhom pada 1972, didasarkan pada keadaan lingkungan hidup yang saat itu mulai memprihatinkan. 

Di Bengkulu peringatan Hari Lingkungan Hidup oleh Kanopi Hijau Indonesia bersama sejumlah anggota Koalisi Bentang Seblat dipusatkan di Pusat Latihan Gajah Seblat di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat Bengkulu Utara dengan menggelar kemah lingkungan.

Setelah 50 tahun peringatan hari lingkungan hidup sedunia, kondisi bumi dan lingkungan hidup semakin memburuk akibat kerusakan hutan, kegiatan industri estraktif dan destruktif logging serta aktivitas manusia lainnya. Muaranya sekarang ini krisis iklim mengancaman keselamatan semua penghuni planet bumi.  BACA JUGA:Koalisi Desak Proses Amdal Tambang di Habitat Gajah Seblat Dihentikan

BACA JUGA:Nasib Perusahaan Tambang Batubara di Kawasan TWA Seblat Tunggu Ombudsman

Begitupun dengan Bentang alam Seblat, seluas 323.000 hektar (ha) yang membentang dari Sungai ketahun Kabupaten Bengkulu Utara sampai dengan Sungai Manjunto Kabupaten Mukomuko yang merupakan benteng pertahanan terakhir penyelamat ekologis. 

Manager Kampanye Hutan dan Perkebunan Kanopi Hijau Indonesia menyatakan Bentang Alam Seblat menjadi kunci atas keselamatan sungai dan anak sungai yang mengairi ribuan hektar lahan pangan juga telah kehilangan sebagian fungsi hutan yang menyebabkan satwa kunci seperti harimau akan bergerak menuju pemukiman untuk mencari makan. Kejadian konflik harimau dan gajah yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa habitat mereka sudah terganggu. 

“Kawasan ini merupakan ekosistem kunci atas keselamatan sungai yang ada dan merupakan habitat alami dari satwa kunci dan spesies payung. Kerusakan kawasan ini menyebabkan satwa kunci seperti harimau akan masuk ke pemukiman untuk mencari makan,” ujar Erin.

BACA JUGA:3 Orang Warga Ditetapkan Sebagai Tersangka Perambah Hutan TWA Seblat Bengkulu

BACA JUGA:Gajah Sumatera di Kawasan Seblat Bengkulu Ditemukan Tinggal Tulang Belulang

Berdasarkan data Konsorsium Bentang Alam Seblat, dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, setidaknya 115 titik aktivitas illegal berupa pembalakan dan perambahan terjadi di Bentang Seblat mengakibatkan 26.528,27 ha hutan telah rusak.  

Hal lain yang menjadi ancaman terhadap keselamatan bentang alam seblat adalah, adanya izin usaha pertambangan batubara yang diberikan kepada PT Inmas Abadi. Dari total 4.051 ha luasan IUP, seluas 3.190 ha berada dalam Kawasan hutan. Pembukaan kawasan untuk pertambangan batubara ini akan memperparah kondisi bentang alam seblat yang memang sudah kritis. 

Atas dasar ini para aktivis dan mahasiswa pecinta alam serta warga sekitar yang memiliki kepedulian terhadap keselamatan Bentang Seblat berkumpul di PLG Seblat dan menyuarakan bahwa Bentang Alam Seblat adalah untuk masa depan, bukan untuk tambang batu bara.

Dalam kegiatan ini juga dilibatkan sejumlah siswa tingkat sekolah dasar sebagai generasi penerus sekaligus pewaris Bentang Alam Seblat sebagai peserta lomba melukis dengan tema “Bentang Seblat untuk Masa Depan”

Kepala KPHK Seblat, Asep M Nasir menyampaikan kegiatan para aktivis dan generasi muda berkumpul dan menjadi pelopor dalam penyelamatan kawasan konservasi sangat positif dan perlu diapresiasi.

“Aktivitas kemah ini menjadi penyemangat untuk kami yang setiap harinya berjibaku menyelamatkan Bentang Alam Seblat yang selalu menjadi incaran kelompok yang ingin mengekploitasi untuk kepentingan pribadi tanpa memperhatikan keselamatan mahluk hidup yang ada di dalamnya,” katanya.

Kategori :