Kemenag Kota Bengkulu Instruksi Hentikan Aktifitas Ponpes Santri Keracunan

Senin 24-08-2020,20:17 WIB
Reporter : Zalmi Herawati
Editor : Zalmi Herawati

BENGKULU, BE - Paska terjadinya dugaan keracunan di Pondok Pesantren (Pontren) Hidayatul Qomariah Kota Bengkulu, kedua kalinya. Kepala kantor Kementerian Agama Kota Bengkulu Drs H Ramadhelon mengambil sikap menutup sementara aktifitas di pontren. \"Kami sudah sampaikan ke pimpinan pontren untuk menghentikan sementara pembelajaran tatap muka dan menutup aktifitas di pontren selama pandemi covid-19, \" ungkapnya. Putusan tersebut disampaikan secara lisan pada pimpinan Pontren saat kunjungan di pontren Senin (24/8). Putusan tersebut ditindaklanjuti dengan mengeluarkan surat resmi dari Kemenag Kota Bengkulu dan para santri diminta untuk kembali ke rumah. Kedatangan kemenag Kota Bengkulu ke pontren itu selain memberikan dukungan moril, juga untuk menyerahkan sejumlah bantuan dan obat-obatan, harapanya insinden ini tidak berlarut sehingga marwah pontren di Bumi rafflesia tetap terjaga dengan baik. \"Para santri sudah dianjurkan untuk dipulangkan ke orang tua dan belajar dirumah secara daring hingga batas waktu yang belum ditentukan,\" jelasnya. Dibeberkan Ramadhelon, berdasarkan penuturan pimpinan Pontren Hidayatul Qomariah, belum dipastikan apakah insiden yang terjadi di pontren murni dugaan keracunan atau dikarenakan penyakit nonmedis. Pada hari keracunan terjadi, Minggu (23/8), seluruh santri sedang mengikuti istigasah. Disela pelaksanaan ada santri yang tiba-tiba menjerit, kemudian kejang, menangis histeris. Sebagian santri lainnya merasa mual dan muntah. Agar tidak terjadi sesuatu, pengurus pontren kemudian menghubungi aparat setempat dan membawa santri ke rumah sakit, \"Saat ini kondisi santri sudah mulai membaik, namun masih ada seorang santri yang berteriak-teriak histeris,\" jelasnya. Untuk memastikan insiden yang terjadi di Pontren Hidayatul Qomariah itu keracunan makanan atau bukan, tim kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu mengambil sampel dari makanan yang dikonsumsi para santri untuk selanjutnya diuji cilinis melalui laboratorium. \" Untuk kejadian pertama hasil laboratorium belum keluar. Kali ini Tim dari Dinas Kesehatan provinsi kembali melakukan penelitian terhadap makanan dan minuman serta higienisan pengolahan makanan di pontren,\" cetusnya. Disisi lain, dugaan keracunan yang terjadi di pondok pesantren (Pontren) Hidayatul Qomariah sempat membuat gempar di kota Bengkulu. Pasalnya, kejadian ini merupakan kali kedua dalam waktu berdekatan dan dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Dr Herwan Antoni melalui Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi Bengkulu Lisyenti Bahar menuturkan, tim kesehatan terpadu telah melakukan olah tempat kejadian dengan mengambil sampel diduga menjadi penyebab diduga keracunan pada 54 santri. Mayoritas santri mengalami gejala mual, muntah dan pusing. Sebanyak 54 santri yang diduga kercunan tersebut sudah dirawat di rumah sakit Hidayah dan Doa dan Rumah Sakit Gading Medika. Kejadian dugaan keracunan dapat dilihat dari bahan makanan, pengolahan, penyajiannya serta pengolahan air. \"Dari hasil yang kita ketahui makanan diolah oleh santri dengan tingkat lebih tinggi. Kemudian, makanan yang sudah diolah pagi baru disajikan k epara santri pada sore hari,\" jelasnya. Tim medis telah mengambil sampel sekaligus melakukan wawancara pada 84 dari 300-an santri, baik yang mengkonsumi makanan tidak mengalami gejala mual, muntah dan pusing ataupun santri yang bergejala keracunan. \"Tim juga mengambil sampel sisa makanan yang dikirim ke BPOM, pengambilan sampel air minum dikirim ke laboratorium dan sampel sisa muntahan kita kirim ke laboratorium di Palembang, hasilnya kita tunggu beberapa hari kedepan, \" jelasnya. Melalui sampel ini akan dilihat apakah ada bakter yang berkembang seperti bakteri Campylobacter, bakteri Staphylococcus dan Candida serta Ecoli. Untuk melihat penyebab tersebut bisa dilihat dari bahan, pengolahan serta penyajiannya, serta bagaimana dengan air mineralnya. Disinggung hasil uji laboratorium pada kejadian dugaan keracunan pertama, Dinas Kesehatan hingga saat ini masih menunggu putusan resmi dari laboratorium terkait baik dari BPOM maupun dari Palembang. \"Dari informasi lisan, dugaan keracunan disebabkan dari penyimpanan makanan dan pencemaran air, kepastianya kita masih menunggu hasil resmi, \" terangnya. Ia berharap untuk pengiriman sampel dari kejadian dugaan keracunan untuk kali kedua ini pun dapat segera diketahui. Terkait peristiwa dugaan keracunan makanan untuk yang kedua kalinya terjadi santri Pondok Pesantren Hidayatul Qomariyah Jalan Sukamaju, Kelurahan Padang Serai, Kecamatan Kampung Melayu, Satuan Reserse Kriminal Polres Bengkulu, telah menurunkan personel untuk melakukan olah TKP sekaligus mengumpulkan barang bukti. Dalam hal ini, Polres Bengkulu hanya berwenang melakukan penyelidikan, mengumpulkan barang bukti dan mengirimkannya ke laboratorium kesehatan daerah (labkesda) untuk mencari penyebab terjadinya keracunan. Hal tersebut disampaikan Wakapolres Bengkulu Kompol Hendri Syaputra, Senin (24/8). \"Sampel dan barang bukti kita ambil sudah puluhan, kita serahkan ke Labkesda untuk diteliti. Siapa yang bertanggung jawab dan apa penyebabnya masih dilakukan penyelidikan,\" jelas Wakapolres. Barang bukti yang diamankan berupa sampel makanan, muntahan santri, bahan masakan, sampai peralatan untuk memasak. Barang bukti itu dibawa untuk dijadikan bahan penyelidikan. Berkaitan dengan kejadian keracunan yang sudah terjadi kedua kalinya, Polres Bengkulu tidak bisa memberikan rekomendasi menghentikan sementara atau menutup pondok pesantren. Polres Bengkulu hanya berwenang melakukan penyelidikan, mengumpulkan barang bukti untuk mencari penyebab terjadinya keracunan. Untuk kasus dugaan keracunan makanan yang kedua, Polres Bengkulu telah memeriksa juru masak, pengurus pondok pesantren dan dokter. Sementara itu hasil penyelidikan kasus keracunan yang pertama masih proses penyelidikan. Karena dari 26 saksi yang sudah diperiksa, penyidik Sat Reskrim Polres Bengkulu belum menemukan adanya unsur kelalaian sehingga menyebabkan keracunan. Mengingat pondok pesantren memasak sendiri masakan tersebut kemudian membagikan sendiri dan membeli bahan masakan sendiri. Hal tersebut dilakukan bergantian setiap hari. \"Untuk penetapan tersangka masih jauh. Kita cari tahu dulu penyebabnya apa. Untuk kasus yang pertama kemarin juga dalam penyelidikan,\" pungkas Wakapolres.  (167/247)  

Tags :
Kategori :

Terkait