Sayangnya meski sudah dimudahkan tetap saja banyak masyarakat penderita HIV/Aids malu mengikuti konsleing pengobatan tersebut. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Herwan Antoni kepada Bengkuluekspress.com, Kamis (5/9).
\"Yang gratis saja sulit, apalagi bayar. Ini yang manjadi masalah. Kita imbau, jangan malu ikut konseling,\" ungkap Herwan Antoni kepada Bengkuluekspress.com, Kamis (5/9).
Dijelaskan Herwan, penderita HIV/AIDS tak perlu malu mengikuti konseling pengobatan. Fungsi konseling sangatlah penting, karena obat fatrovirus yang diberikan gratis berfungsi untuk menahan pertumbuhan virus HIV dan AIDS sehingga virus yang belum bisa disembuhkan ini tidak dapat berkembang biak.
Sifat obatnya itu tidaklah mengobati, tapi memperpanjang masa hidup bagi penderita dari serangan virus HIV/AIDS. Disamping menahan perkembangan virus, konseling dapat berfungsi melakukan pencegahan penularan dari korban kepada orang lain.
\"Konseling dan pengobatan sendiri saat ini sudah dapat dilakukan di RSUD M Yunus Bengkulu,\" terangnya.
Terhitung dari 2005 sampai sekarang, sudah mencapai 1.200-an masyarakat Provinsi Bengkulu, menderita sakit HIV/AIDS. Dengan penambahan kasus baru kisaran 10-20 orang dalam setahun. Penyebab utama penyakit mematikan ini, salah satunya karena melakukan hubungan seks bebas.
Penyakit ini bisa didapat dari suami yang melakukan seks bebas dil uar. Kemudian dari istri yang sudah terkena HIV melahirkan bayi. Bisa juga terjadi dari transplusi darah ataupun alat suntikan misalnya pengguna narkoba. \"Jadi hindari hal yang bisa menyebabkan masuknya penyakit HIV/AIDS ini,\" ujarnya.
Berdasar data Dinkes Provinsi Bengkulu, sebagian besar penderita HIV/Aids yang baru datang dari kalangan Laki-laki Seks Laki-laki (LSL). \"Kalau saat ini, LSL di Bengkulu itu ada. Bahkan dari kalangan itu yang banyak. Kalau dari Dinkes Provinsi Bengkulu kita melakukan upaya pencegahan dengan pemeriksaan, pendeteksi dini kepada kelompok beresiko, baik itu yang berada di tempat porstitusi hingga ke penjaja seks terselubung,\" tuturnya.
Pada 2016 lalu, tambah Herwan, berdasar data KIPAS (Kantong Informasi Pemberdayaan Kesehatan Adiksi) Bengkulu, ada puluhan bayi di Provinsi Bengkulu ini mengidap HIV/AIDS. Sebab itulah, sekarang fokus juga kepada bayi bukan hanya kepada orang dewasa.
\"Kalau orang tuanya itu positif HIV/AIDS. Maka otomatis anak yang dilahirkan juga positif HIV/AIDS. Makanya fokus kita, juga kepada anak-anak,\" tutup Herwan. (HBN)