Harga Bisa Naik, Tekan Impor Aspal
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Tidak hanya menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan petani di Bengkulu, karet diperkirakan juga ikut menekan impor aspal yang selama ini terus dilakukan di Provinsi Bengkulu. Hal tersebut dapat terwujud jika Pemerintah memang benar-benar merealisasikan pembelian karet petani untuk bahan baku aspal.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengaku, Bengkulu termasuk salah satu Provinsi yang selalu melakukan impor aspal Malaysia. Bahkan pada Januari 2019 lalu, Bengkulu telah mengimpor aspal senilai US$340.900 atau setara Rp 4,7 miliar. Bahkan hampir setiap bulannya Bengkulu selalu melakukan impor aspal dari Negeri Jiran.
\"Kalau kita lihat dari data impor, Bengkulu memang sering melakukan impor aspal, ini dilakukan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan,\" kata Dyah, kemarin (17/3).
Hal tersebut dapat terjadi mengingat, Bengkulu bukanlah Provinsi yang mampu memproduksi aspal secara mandiri. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut Provinsi ini harus menyediakannya secara impor. \"Provinsi kita kan tidak ada aspal, jadi belinya dari luar untuk memenuhi kebutuhan didaerah,\" tuturnya.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan, dalam setahun Provinsi Bengkulu melakukan impor aspal mencapai US$5,8 juta atau setara Rp 81,4 miliar. Jumlah tersebut kalau dimanfaatkan untuk membeli karet petani maka dapat membuat petani di Bengkulu semakin sejahtera. Untuk itu, pihaknya mendorong Pemerintah untuk merealisasikan pembelian karet petani di Bengkulu untuk bahan baku aspal.
\"Kita dorong Pemerintah Pusat beli karet petani, karena pertahun produksinya mencapai 74 ribu ton, jumlah itu banyak dan cukup untuk mengaspal jalan di Bengkulu,\" imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, dalam kunjungannya ke Bengkulu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA), Dr Ir M Basuki Hadimuljono MSc mengaku, akan segera melakukan pembelian karet petani di Bengkulu melalui BUMN yang mengerjakan aspal.
Bahkan Kementerian PUPERA melalui BUMN dibawahnya sudah melakukan pembelian karet petani di Provinsi Lampung, Jambi dan Sumatera Selatan. Diperkirakan tahun 2020 juga akan dilakukan pembelian karet di Provinsi Bengkulu terutama karet petani.\"Akan segera kita koordinasi dengan Pemda terkait produksi karet dan jumlah karet petani yang memungkinkan untuk dibeli oleh Kementerian PUPERA,\" kata Menteri Basuki.
Karet tersebut akan digunakan untuk pembangunan jalan aspal. Dengan besarnya program pembangunan jalan tol dan aspal yang dilakukan pemerintah pusat, BUMN dibawah Kementerian PUPERA sangat membutuhkan banyak karet. \"Kita akan lakukan itu, minimal untuk menstabilkan harga karet tersebut. Sehingga masyarakat bisa menjual pada pemerintah jika memang harga rendah dari pabrik,\" terangnya.
Sementara ini kementerian memang masih merambah karet di Sumatera yang memang harganya jauh turun hingga Rp 6 ribu. Hal ini dilakukan pemerintah pusat agar petani tidak merugi dengan anjloknya harga. \"Program jalan aspal dengan karet ini sudah dilakukan di negara-negara lain dan juga kita lakukan sesuai dengan besarnya potensi yang ada di Indonesia,\" tutupnya.
Selain itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo BSEE MBA mengatakan, pemerintah akan memastikan harga karet yang dijual dari petani untuk bahan baku aspal mencapai Rp 10 ribu per kilogram. Untuk itu, pihaknya telah bekerjasama dengan Menteri PUPR dan Menteri BUMN untuk membeli karet dari Koperasi dan BUMDes.
Sehingga perangkat desa dapat mengaktifkan kembali Koperasi dan BUMDesnya agar nantinya dapat membeli karet dari petani dimana modalnya akan diberikan oleh BNI dan BRI. \"Sejak karet digagas bisa menjadi bahan campuran aspal, kami yakin karet petani akan terserap dengan maksimal dan semoga program ini membantu masyarakat,\" tutupnya.(999)