Kasus KEK di RL Meningkat

Kasus KEK di RL Meningkat

CURUP, Bengkulu Ekspress - kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu melahirkan di Kabupaten Rejang Lebong, meningkat pada tahun 2017 lalu dibandingkan dengan tahun 2016.

Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Program Cahaya Perempuan, WCC Bengkulu, Tini Rahayu.

\"Pada tahun 2017 kemarin, kasus kekurangan energi kronis pada ibu melahirkan di Rejang Lebong meningkat dibandingkan dengan tahun 2016,\" terang Tini saat berkunjung ke Rejang Lebong Sabtu (24/2) kemarin.

Dijelaskan Tini, pada tahun 2016 lalu kasus KEK di Rejang Lebong sebanyak 131 kasus dengan kemudian pada tahun 2017 tercatat ada sebanyak 147 ibu di Rejang Lebong dengan KEK.

Untuk penyebab KEK sendiri, menurut Tini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dikarenakan kekurangan gizi saat tengah hamil. Terkait dengan kasus tersebut, menurut Tini, WCC telah melakukan kajian, dari kajian yang mereka lakukan tersebut, KEK akan meningkat dimulai dari ibu hamil yakni ibu-ibu hamil yang kandungannya bermasalah.

Namun menurut Tini, meskipun KEK di Rejang Lebong meningkat, namun sejumlah kasus lainnya yang berhubungan dengan perempuan mengalami penurunan.

Ia mencontohkan untuk kasus Angka Kematian Ibu (AKI) di Rejang Lebong yang mengalami penurunan, dimana pada tahun 2016 terdapat 5 kasus AKI di Rejang Lebong kemudian turun tinggal 4 kasus ditahun 2017.

\"Meskipun AKI turun, namun AKB (Angka Kematian Bayi), mengalami peningkatan pada tahun 2017 lalu menjadi 35 kasus dari sebelumnya hanya 34 kasus ditahun 2016,\" papar Tini.

Dalam kesempatan tersebut, Tini menjelaskan pada tahun 2017 lalu, Cahaya Perempuan, Women Crisis Centre (WCC) Bengkulu melakukan lokakarya Standar Pelayanan Minimum (SPM) Permenkes Nomor 43 tahun 2016, hasilnya beberapa kasus kesehatan yang berkaitan dengan perempuan mengalami peningkatan.

\"Dalam lokakarya ini kami menyampaikan, mengingatkan, ini lo capaianya bidang kesehatan yang harus diwujudkan. Ketika capaian ini tidak terwujud, kita boleh mengganti kepala daerahnya, sampai seperti itu mandat SPM Permenkes nomor 43,\" tegas Tini.

Lanjut ia, untuk dapat mewujudkan capaian SPM tersebut Pemerintah Daerah harus bekerja maksimal, serta dapat membentuk Satuan Tugas (Satgas) SPM maupun Satgas lainnya, serta didorong dengan kebijakan dan didukung dengan anggaran di bidang kesehatan.

Adapun hasil lokakarya yang dilakukan pihaknya di RL sendiri, disebutkan Tini angka kemiskinan di RL mengalami penurunan setiap tahunnya, yakni tahun 2015 berada di 46.040 jiwa atau 18,03 persen, tahun 2016 turun menjadi 45.790 jiwa atau 17,81 persen, sedangkan tahun 2017 kembali turun menjadi 43.850 jiwa atau dengan persentase 16,97 persen.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A PPKB) Rejang Lebong Drs Muradi, melalui Kabid Pemberdayaan Perempuan, Asrawani menjelaskan, selama ini Pemkab Rejang Lebong terus berupaya untuk mewujudkan SPM tersebut melalui sejumlah program. Salah satunya membentuk kader-kader kesehatan.

Sementara itu terkait masih meningkatkan angka kasus kesehatan terhadap peremuan terutama ibu hamil atau melahirkan, terjadi karena pola pikir masyarakat yang masih salah, karena dimasyarakat masih mempercapai mitos-mitos tertentu.

\"Salah satu kendala kita, masyarakat masih banyak mempercayai mitos yang tak teruji melalui dunia medis dan lainnya, contohnya ibu hamil dilarang makan sesuatu, padahal makanan yang dilarang untuk ibu hamil berdasarkan kebiasaan masyarakat kita tersebut justru dibutuhkan ibu hamil,\" terang Asrawani.(251)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: