Peringatan Hari Gizi Nasional Ke-58, Wujudkan Bengkulu Bebas Stunting

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Mengambil momentum Hari Gizi Nasional (HGN) Ke-58, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu berkomitmen melakukan tindak lanjut program nasional dalam rangka meningkatkan peningkatan gizi masyarakat. Pemprov juga mengajak pemerintah kabupaten/kota untuk mengurangi atau membebaskan Bengkulu dari potensi permasalahan stunting atau kurang gizi kronis hingga menyebabkan pertumbuhan anak menjadi kerdil.
Plt Gubernur Bengkulu, Dr H Rohidin Mersyah MMA melalui Asisten III Setda Provinsi Bengkulu, H Gotri Suyanto SE MSoc Sc mengatakan, dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional Ke 58 Tahun 2018 dengan tema membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi, dirinya mengajak pemerintah daerah Bengkulu untuk terus memajukan program nasional terkait peningkatan gizi masyarakat.
\"Dalam momentum hari gizi nasional mari kita wujudkan Indonesia bebas anak kerdil (stunting),\" ujar Gotri pada acara Peringatan Hari Gizi Nasional Ke 58 Tahun 2018 dengan tema Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi di Kantor Dinkes Provinsi Bengkulu, kemarin (21/2).
Anak kerdil (stunting) adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting ini terjadi dimulai saat janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
\"Permasalahan stunting masih banyak terjadi, oleh karenanya mari kita entaskan permasalahan stunting dengan mencukupi gizi yang diperlukan terutama untuk anak,\" jelas Gotri.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
\"Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk,\" jelas Gotri.
Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. Stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa faktor seperti kurang gizi kronis dalam waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh stres, serta sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
\"Stunting disebabkan dari beberapa atau gabungan semua faktor ini,\" sambung Gotri.
Adapun gejala-gejala stunting adalah diantaranya anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, Berat badan rendah untuk anak seusianya, Pertumbuhan tulang tertunda. \"Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang,\" sambung Gotri.
Terakhir Gotri mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Bengkulu mendukung penuh kegiatan pencegahan kasus stunting ini. Untuk itu pihaknya bekerja bersama-sama untuk mengatasi permasalahan terkait dengan gizi.
\"Apabila ini bisa diatasi maka ini adalah program investasi bangsa karena anak-anak memiliki prestasi yang tinggi dan menjadi generasi yang lebih baik untuk kedepannya,\" tutup Gotri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: