Isi Dialog Kebangsaan, Fahri Hamzah Ungkapkan Kesalahan Fatal Jokowi

Isi Dialog Kebangsaan, Fahri Hamzah Ungkapkan Kesalahan Fatal Jokowi

BENGKULU, bengkulu ekspress - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyampaikan kondisi Bangsa Indonesia yang saat ini berada diambang batas kehancuran. Menurutnya, Indonesia tidak lagi menjadi garuda raksasa yang mampu mancapai cita-citanya serta membawa rakyatnya kepada kejayaan negara yang besar. Ia pun menyebutkan kekacauan ini tak lepas dari sikap pemimpin yang tidak bijaksana.

\"Saya tidak percaya dengan kepemimpinan yang sekarang akan bisa menghadapi dinamika masyarakat, karena sekarang masyarakat ditakut-takuti,\" ungkap Fahri.

Jika dirunutkan berdasarkan perjuangan besar yang berdampak terhadap kemajuan Indonesia, hanya terlihat pada zaman Presiden RI pertama yakni Soekarno, Kemudian Presiden RI kedua Suharto dan terakhir Presiden ketiga BJ Habibi. Dimana ketiga pemimpin ini membawa pengaruh besar terhadap kejayaan Indonesia yang sesungguhnya. Lanjutnya, Jasa Soekarno dan generasinya karena mereka meletakkan narasi yang kuat bagi imajinasi bersama rakyat supaya berada dibawah naungan Indonesia. Sedangkan, jasa Presiden Suharto adalah mampu membangun institusi-institusi yang akhirnya menjadi warisan yang kuat untuk menjaga Indonesia sehingga masyarakat mendapatkan keadilan. Sedangkan jasa kepemimpinan Presiden BJ Habibi mampu mentransformasi dan mengatur transisi meskipun saat itu Indonesia ditengah keterbatasan, namun akhirnya bisa menciptakan pemerintahan yang demokratis sekaligus menyelamatkan ekonomi Indonesia yang sangat rendah pada saat itu. Maka wajar ketiga pemimpin ini memiliki jasa yang besar karena mampu menjalin rangkaian dalam menuntaskan transisi.

\"Nah, transisi itu seharusnya oleh Gusdur, Megawati, SBY termasuk pemimpin yang sekarang, harusnya transisi itu diselesaikan. Tapi saya khawatir. Malah saya suka bingung kalau ditanya apa jasa pemimpin-pemimpin setelah zaman Pak Habibi ini. Tetapi malah Indonesia sekarang menjadi tidak stabil apalagi mau menuntaskan transisi itu,\" bebernya.

Justru dampak negatif yang muncul sekarang adalah timbulnya mindset/perasaan tidak sanggup bekerja dalam demokrasi. Bahkan hasil dari demokrasi ini mau ditolak. Banyak orang berorganisasi justru diterbitkan Perpu Ormas, supaya ketika ada ketidaksukaan suatu lembaga tertentu bisa dibubarkan langsung. Hal ini menunjukkan Indonesia gugup dalam kebebasan dan menganggap dinamika kebebasan tersebut sebagai ancaman bersama.

\"Kebebasan mau dicabut, eksperimen pejabat publiknya ditakut-takuti, kebebasan masyarakatnya bersosial media ditakut-takuti, kebebasan orang untuk berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan mulai diintimidasi. Ini adalah ketakutan dan ini datang dari mental yang tidak datang dari reformasi,\" tegas Fahri.

\"Itu sebabnya saya menganggap bahwa Indonesia bisa kembali terbang seperti Garuda, kalau Indonesia dipimpin oleh orang yang tidak mengerti ruh daripada demokrasi kita. Tetapi sekarang semua masalah dihadapi justru dengan perasan sempit, ini bahaya,\" sambungnya. (Medi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: