DPPPA Sosialisasikan Anti Kejahatan Seksual

DPPPA Sosialisasikan Anti Kejahatan Seksual

Mar 18, 2017  12:50

ARGA MAKMUR, Bengkulu Ekspress - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kabupaten Bengkulu Utara mengadakan Sosialisasi dan Analisis Data Ibu dan Anak Kabupaten Bengkulu Utara (BU), bertempat di Ruang Pola Bappeda pukul 10.00 WIB Kamis (16/3).

Sosialisasi ini dilakukan karena semakin banyaknya kasus kekerasan fisik dan seksual terhadap anak di Bengkulu Utara.

Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Bengkulu Utara, Paulus Amirwanto S Sos MM mengatakan tema dari sosialisasi ini adalah Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN Aksa).

\"Sosialisasi ini dilaksanakan untuk memberikan dampak besar bagi para peserta, terutama dalam mendidik anak sekaligus menjaganya,\" ujarnya.

Dikatakannya, tidak hanya anak perempuan yang mengalami kekerasan, tetapi anak laki-laki pun bisa mendapatkan kekerasan. Untuk itu, sebagai ibu hendaknya harus bertanggung jawab kepada anak dan lingkungan di sekitar, agar terhindar dari hal-hal yang dapat menyebabkan kekerasan.

\"Anak laki-laki juga bisa menjadi korban bukan hanya anak perempuan, maka dari itu sangat penting untuk menjaga mereka dari bahaya kekerasan,\" lanjutnya.

Dijelaskannya, upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin. Bisa dengan cara membangun komunikasi positif antara anak dan orangtua. Sehingga perilaku anak dapat diarahkan ke sesuatu yang baik. Kemudian mengajarkan anak tentang hal-hal yang dilarang atau diperbolehkan.

\"Pencegahannya bisa dilakukan sejak dini dengan komunikasi dua arah yang baik antara anak dan orang tua,\" jelasnya.

Selain itu, anak juga wajib diajarkan tentang bagian tubuhnya yang hanya boleh disentuh oleh orangtuanya, serta bagian mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Sementara itu, bagi orangtua sebaiknya menjadi pendengar yang baik bagi anak agar anak merasa nyaman untuk berbicara dengan orangtuanya.

\"Edukasi terhadap bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain juga sangat penting bagi anak,\" tambahnya. Dalam sosialisasi tersebut dijelaskan faktor-faktor yang mendukung terjadinya penganiayaan terhadap anak. Antara lain ketidakmatangan orangtua juga kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orangtua.

\"Salah satu faktor kekerasan yang kerap dialami anak adalah kurangnya pengetahuan untuk menjadi orangtua yang baik bagi anaknya,\" sambungnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol juga menjadi pemicu hal tersebut.

\"Faktor-faktor internal dari sang orangtua juga kerap menjadi pemicu kekerasan terhadap anak,\" tambahnya. Selain itu ada juga orangtua yang tidak menyukai peran sebagai orangtua sehingga terlibat pertentangan dengan pasangan dan tanpa menyadari bayi atau anak menjadi sasaran amarah dan kebencian.

\"Orangtua yang membenci perannya menjadi orangtua juga berpotensi menyebabkan kekerasan terhadap anak,\" imbuhnya.

Sesuai data, sekitar 80 persen pelaku kekerasan adalah orang yang dekat dan dikenal oleh anak dan 80 persen guru melakukan penghukuman badan.

\"Pelaku kekerasan lebih banyak dari kalangan keluarga atau orang terdekat korban,\" ungkapnya. Untuk itu, ia berharap kepada para orang tua untuk menjauhkan anak-anak dari hal-hal yang berbau pornografi melalui berbagai akses media seperti melihat, membuka lewat handphone atau internet.

\"Semula anak hanya ingin melihat lalu pada akhirnya cenderung mencoba dan akhirnya malah melakukan hal-hal yang diluar jangkauan orangtua, maka dari itu pentingnya peran orangtua untuk mengawasi lingkungan sang anak,\" tukasnya.(cw2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: