Ketika Kartini Kepincut Haji Agus Salim

Ketika Kartini Kepincut Haji Agus Salim

Kartini mengalihkan beasiswa ke Belanda yang didapatnya dari pemerintah kepada Agus Salim. Pemerintah setuju. Tapi, pemuda yang pandai berbahasa Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jepang dan Jerman itu menolak.

Baik Kartini, pun Agus Salim sama-sama tak berangkat ke Belanda. Raden Ajeng kita menikah dan menetap di Jawa lantaran perjodohan yang diatur orang tuanya.

Agus Salim berangkat ke Arab, kerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda, sembari berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, imam besar Masjidil Haram--guru Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Hasyim Asyari (pendiri NU).

Pada 1912 dia pulang kampung ke Koto Gadang. Sempat mendirikan sekolah, tiga tahun kemudian merantau lagi ke Jawa dan memulai karir di bidang jurnalistik.

Wartawan Pergerakan

\"Agus Salim diangkat sebagai pemimpin redaksi bahasa Melayu pada Commissie voor de Volkslectuur yang kelak berkembang menjadi Balai Pustaka,\" tulis St. Sularto, dalam buku biografi Agus Salim.

Ajip Rosidi dalam Penerbitan Buku Bacaan dan Buku Sastra di Indonesia, termuat dalam Prisma, No. 4, Thn. VII, 1979 menulis, nama lembaga itu dirubah jadi Balai Pustaka atas usul Haji Agus Salim yang bekerja di sana sejak 1917 hingga 1919.

Di samping Balai Pustaka, lelaki yang di kemudian hari mejadi pimpinan Sarekat Islam (SI) itu juga bekerja sebagai redaktur surat kabar Bendera Islam dan redaktur Bataviaasch Niewsblad.

Saat aktif di Sarekat Islam, dia mendirikan dan \"menjadi pemimpin redaksi surat kabar Hindia Baroe (Jakarta) dan Fadjar Asia (Yogyakarta) yang didirikannya bulan November 1927 bersama HOS Tjokroaminoto,\" tulis St. Sularto.

Agus Salim memainkan perang sebagai juru runding ketika Republik Indonesia baru merdeka. Dia dijuluki diplomat ulung. (wow/jpnn)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: