Kerugian Banjir Rp 1,5 M per Jam

Kerugian Banjir Rp 1,5 M per Jam

JAKARTA, BE - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis sudah 12 orang yang meninggal dunia akibat banjir yang melanda DKI Jakarta sejak Selasa (15/1). Umumnya, korban yang meninggak dunia ini kesetrum listrik.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari 12 korban meninggal, 9 orang adalah warga Jakarta Barat, 1 orang dari Jakarta Timur, 1 orang dari Jakarta Selatan. \"1 orang korban belum diketahui alamatnya,\" kata Sutopo dalam rilisnya yang diterima JPNN, Jumat (18/1).

Hingga Jumat (18/1), BNPB juga mencatat banjir yang melanda Jakarta telah menggenagi 32 kecamatan, 102 Kelurahan, 337 RW dan 910 RT. Akibatnya 18.018 jiwa terpaksa mengungsi dan 12 orang meninggal dunia.

Sementara itu Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan banjir yang melanda Jakarta telah melumpuhkan aktivitas pemerintahan dan bisnis selama dua hari belakangan ini. Agar dampak kerugian banjir di ibu kota tidak terus terulang maka perlu kebijakan strategis yang diambil sebagai solusi.

\"Kerugian kini diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar per jam,\" kata Fadli, Jumat (18/1). Ia mengatakan, wacana lama yang perlu dikaji adalah pemindahan ibu kota ke daerah baru. Namun, perlu kajian mendalam agar lokasi baru benar-benar mendukung.

Presiden Soekarno tahun 1957 pernah menggagas ibu kota dipindah ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Soekarno memandang  Jakarta tak akan mampu menampung sekaligus pusat pemerintah dan bisnis. Palangkaraya dipilih selain di Kalimantan sebagai pulau terbesar, juga posisinya berada di tengah gugus pulau Indonesia.

Begitupun Presiden Soeharto  pernah mewacanakan pemindahan ibu kota  ke Jonggol, Bogor, dengan akses yang tak terlalu jauh dari Jakarta.

Ide pemindahan ibu kota ini sangat realistis untuk mengurangi beban aktivitas di Jakarta. \"Tapi tentu perlu diteliti untung ruginya,\" tambah Fadli.

Menurutnya, hal ini sudah dilakukan misalnya di Malaysia, yang memindahkan kota pemerintahan dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya. Di Putra Jaya semua gedung pemerintahan terintegrasi dalam satu komplek area. \"Ini memudahkan aktivitas pemerintahan dan pelayanan masyarakat,\" imbuhnya.

Kata Fadli, para ahli harus membantu pemerintah pusat menentukan daerah baru pusat pemerintahan. Jakarta bisa menjadi pusat bisnis, dan daerah baru nanti menjadi pusat pemerintahan. \"Tentu daerah baru nanti bisa dicari yang mudah aksesnya dan lingkungannya mendukung,\" timpalnya.

Ia menambahkan, dengan pemisahan pusat pemerintahan dan bisnis, Jakarta bisa menjadi kota yang sehat, manusiawi, dan resiko kerugian pun lebih kecil ketika terjadi musibah serupa. (jpnn) Berikut data korban meninggal banjir Jakarta: 1. Untung Kusnadi (82) warga Kedoya, Kebon Jeruk. Meninggal karena kedinginan dan sakit paru-paru 2.  Lusiana (72), warga Tambora, Jakarta Barat. Menggigil di rumah, saat diselamatkan di posko kesehatan sudah meninggal. 3. Sugito (80), warga Tambora, Jakarta Barat. Terpeleset di rumahnya dan sakit jantung. 4.   Angga (13), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Hanyut di sungai sekretaris. 5. Mak Inah (82), warga Kampung Pulo, Jatinegara. Sakit dan usia lanjut. 6. Mujiyo (46), warga Cengkareng, Jakarta Barat. Kesetrum listrik. 7. Muhamad Haikal (2), warga Cengkareng, Jakarta Barat. Jatuh dari tempat tidur rumahnya yang terendam banjir 1 meter, ibunya sedang di dapur. 8. Solahuddin (35), warga Kalibata Pulo, Pancoran, Jakarta Selatan. Kesetrum listrik. 9. Wahyudi (26), warga Pancoran Glodok, Taman Sari Jakarta Barat. Kesetrum listrik. 10. Raif Anjar Agasi (13), warga Tanjung Duren, Jakarta Barat. Kesetrum listrik di rumahnya. 11. Masuriyah (50). Kesetrum listrik di rumahnya kebanjiran. 12. Udin Wahyudin (34) ditemukan meninggal di rumahnya di RT 8/RW 8 Kedaung, Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat. (awa/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: