Melihat Peredaran Tuak di Rejang Lebong

Melihat Peredaran Tuak di Rejang Lebong

 \"Ary, Dijual Bebas, Anak-Anak pun Bisa Membeli

Tuak, minuman khas dari Sumatera Utara belakangan ini tengah hangat diperbincangkan. Hal tersebut lantaran mencuatnya kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yuyun (13), yang pelakunya saat melakukan perbuatan keji itu tengah terpengaruh minuman tuak. Lalu bagaimana peredaran minuman dari nira aren atau kelapa ini? Berikut laporannya; ARI APRIKO, Curup

UNTUK mengetahui peredaran dan produksi tuak di Rejang Lebong khususnya Kota Curup, Bengkulu Ekspress mencoba menyambangi rumah Ya (45) warga Kecamatan Curup Tengah yang merupakan keturunan dari Provinsi Sumatera Utara. Dari keterangan Ya ini diketahui bahwa, untuk wilayah Kota Curup sendiri, setidaknya ada empat produsen besar pembuatan minuman tuak.

Keempat produsen tersebut berada di di Kelurahan Air Bang, Kelurahan Banyu Mas Kecamatan Curup Tengah dan Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur. Selain produsen tuak terdapat juga sejumlah warung tuak yang hanya menjual tuak dari keempat produsen tersebut.

\"Empat pembuat tuak ini kesemuanya merupakan warga asal Sumatera Utara, mereka inilah yang menyuplai minuman tuak baik yang ada di Rejang Lebong hingga ke Lebong dan Kepahiang,\" ungkap Ya.

Dijelaskan Ya, pembuatan tuak ini terbilang sangat mudah, dimana nira aren ataupun kelapa yang baru diambil kemudian disaring untuk memisahkan kotorannya. Selanjutnya nira yang sudah bersih dan sudah diletakkan didalam wadah khususnya tersebut cukup dipermentasikan dengan mencampur kulit kayu laru yang sudah digeprek. Kayu Laru sendiri hanya bisa dijumpai di kawasan Sibolga Sumatera Utara. Setelah dipermentasikan sekitar satu malam kemudian tuak tersebut sudah bisa dinikmati.

\"Kalau dari Rejang Lebong ini sebagian besar bahan dasarnya nira aren, sedangkan untuk nira kelapa didatangkan dari Kota Bengkulu,\" jelasnya.

Untuk harga jual tuak sendiri, terbilang sangat murah, satu teko tuak yang berisikan sekitar 2 liter tuak hanya dihargai sebesar Rp 5 ribu. Untuk diwarung-warung tuak para pengunjung diberi satu teko kemudian dinikmati secara bersama-sama. Sedangkan harga dari petani nira aren harganya yaitu hanya Rp 3 ribu per liter. Meskipun terlihat murah namun bila dibandingkan dengan dijadikan gula merah petani lebih untuk dengan menjual nira dan lebih efisien dengan waktu dan tenaga. Harga tersebut menjadi salah stau faktor mengapa petani lebih memilih menjual nira ketimbang menjadikan gula merah.

\"Kalau dari nira kelapa harganya dua kali lipat, selain karena berasal dari Kota Bengkulu, rasa yang dihasilkan juga berbeda, dan tentunya lebih baik dari nira kelapa,\" akunya.

Untuk penjualan tuak sendiri, menurut Ya masih dijual bebas disejumlah lapak tuak yang ada di Kota Curup khususnya dikawasan Curup Tengah yang sudah lama menjadi rahasia umum sebagai sentra tuak di Rejang Lebong.

Untuk pembelinya sendiri, Ya mengaku saat ini selain dari masyarakat Batak yang ada di Rejang Lebong juga sudah banyak dinikmati oleh masyarakat lokal. Bahkan menurutnya anak-anak pun dengan bebas bisa membeli minuman tersebut terlebih lagi saat malam hari dan ada pesta hajatan.

\"Kalau hanya tuak saja, kami mempercayai sebagai obat terutama obat deabetes, namun yang merusak itu karena tak jarak dioplos dengan bahan lainnya seperti soft drink,\" akunya.

Sementara it, saat dijumpai disalah satu warung tuak yang ada di Curup Tengah, salah satu penikmat tuak Sukemy (36) mengaku terkait dengan wacana pemerintah akan membatasi peredaran tuak terlambat. Karena menurutnya peredaran tuak di Rejang Lebong ini sudah berlangsung bertahun-tahun. \"Kalau mau ditertibkan sekarang terlambat karena warung tuak yang ada sudah lama berdiri,\" akunya.

Bahkan menurutnya terkait dengan aksi pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yuyun, ia meyakini bukan karena minuman tuak saja namun pasti ada faktor lain. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: