Masri (73), Penjual Rujak Buah Berusia Senja, Anaknya Anggota TNI dan Brimob

Masri (73), Penjual Rujak Buah Berusia Senja, Anaknya Anggota TNI dan Brimob

 

\"masri

SELINTAS anda yang belum kenal dengan Masri (73), penjual rujak buah keliling yang saban hari biasa mengitari kawasan Kota Manna, akan menyangka ia adalah orang biasa yang bekerja untuk menghidupi diri. Siapa sangka, pria kelahiran Padang Sumatera Barat, itu ternyata memiliki tiga orang anak yang sudah sukses. Asrianto - Bengkulu Selatan

Pukul 10.30 WIB, Masri sudah terlihat di Mapolres Bengkulu Selatan (BS). Kedatangan pria uzur ke Polres ini bukan untuk berurusan karena ditilang. Namun hanya untuk berjualan rujak buah kepada anggota polisi dan masyarakat yang berkunjung ke Polres. Kepada BE, Masri mengaku sudah 26 tahun melakoni berjualan rujak buah, tepatnya setelah tiga buah hatinya sukses.

\"Saya berjaulan rujak buah ini sudah 26 tahun, meskipun anak-anak masih suka memberi saya dan istri uang, namun kami tidak mau membebani mereka, saya tetap mencari uang, sembari berolahraga agar badan tetap sehat,\" selorohnya.

Diceritakan Masri, berjualan rujak dilakoninya setelah ketiga anaknya sukses. Anak tertua sudah menjadi anggota TNI di Surabaya, anak kedua menjadi anggota Brimob di Aceh dan anak ketiga berdagang di Pasar Ampera.

Sebelumnya dirinya bekerja di perusahaan pertambangan timah di Provinsi Bangka Belintung selama 35 tahun. Setelah itu perusahaan melakukan pengurahan karyawan, ia termasuk salah satu dari karyawan yang terpangkas itu. Lalu dirinya diajak saudara-saudaranya sesama perantau dari Sumatera Barat ke Manna BS, Sehingga dirinya menetap di Jalan Harapan, Kelurahan Padang Sialang, Pasar Manna. Setelah menetap di Manna, Masri yang biasa berkerja tidak mau lama berpangku tangan, sehingga mencoba peruntungan dengan berjualan rujak.

\"Saat tiba di BS 16 tahun lalu, saya ikut anak bungsu berjualan di Pasar Ampera, tapi karena keringat kurang banyak keluar, saya memilih berjualan rujak, sebab saat itu saya melihat di Manna belum ada yang berjualan rujak keliling,\" ujarnya.

Dalan berjualan rujak, setiap pagi dirinya berjalan kaki dari rumah ke Mapolres BS dengan jarak 4 km. Mulai pagi sudah bagun untuk melaksanakan salat subuh, setelah itu bersiap-siap, sehingga pukul 07.30 WIB ia mulai menyusuri Jalan Sudirman dan Jalan A Yani untuk menuju Polres, sambil sesekali berhenti istirahat dan melayani warga yang mau membeli.

Diceritakan Masri, jika musim panas, jualan rujaknya laris manis. Namun jika musim penghujan, tidak ada yang laku, sehingga buah yang busuk dibuangnya sedangkan yang masih bagus dimasukkan ke kulkas untuk dijual lagi besok dan sebagian dibagikan pada anak-anak tetangga.

\"Kalau lagi musim panas alhamdulillah saya mendapat untung hingga Rp 100 ribu, namun kalau musim penghujan, jangankan untung, modal saja tidak kembali, namun daripada buah busuk, saya bagikan pada anak-anak tetangga,\" ucapnya disela-sela melayani pembeli.

Meskipun usianya sudah lanjut, kakek ini tetap semangat mendorong gerobak buahnya. Untuk satu piring rujak dijualnya Rp 10 ribu. Kepada warga yang ditemuinya di jalan dan di Polres selalu ditawarinya dengan ramah, bahkan meskipun ada yang menolak, ia tidak kecewa dan masih tetap tersebut. Setelah rujak yang dijualnya habis, dirinya pulang sekitar pukul 14.00 WIB. Setibanya di rumah disambut dengan senyuman hangat sang istri dan cucu-cucunya.

\"Terkadang anak-anak tidak mengizinkan lagi saya berjualan rujak, namun saya kalau selalu di rumah badan ini suka sakit-sakitan, namun dengan berkeliling jualan rujak badan sehat dan pulangnya bisa memberi uang untuk jajan cucu,\" tutup Masri sambil tertawa riang. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: