MEA Dimulai, Konsumsilah Produk Lokal

MEA Dimulai, Konsumsilah Produk Lokal

\"padi_pangan_1\"

BENGKULU, BE - Kemarin (1/1) menjadi hari pertama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai. Tentunya dengan datangnya MEA tersebut, secara otomatis persaingan ekonomi akan semakin tinggi. Bukan hanya di Indonesia, Provinsi Bengkulu juga menjadi perhatian serius atas datangnya MEA tersebut. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bengkulu meminta masyarakat untuk lebih jeli dalam menghadapi MEA ini.

\"Salah satu cara menghadapinya, ialah dengan cara bijak dalam memenuhi kebutuhan kosumsi. Seperti memperbanyak kosumsi produk lokal dari pada produk non lokal,\" terang Kepala BI Perwakilan Bengkulu, Bambang Himawan saat menggelar pertemuan akhir tahun bersama awak media, di Ruang Rapat Kantor BI Perwakilan Bengkulu, Kamis (31/12) lalu.

Lanjutnya, dengan mulainya MEA ini tidak menjamin adanya kemajuan ataupun kemunduran Ekonomi di Bengkulu. Karena menurutnya, salah satu meningkatkan ekonomi Bengkulu dengan banyak mengkonsumsi produk lokal. Namun bila banyak mengkonsumsi produk non lokal, bisa dipastikan bahwa ekonomi Bengkulu akan semakin terpuruk.

\"Kalau kita masih membiarkan lidah kita mencintai produk luar seperi Thailand, Filipina dan Singapura maka produk lokal kita akan semakin terhempas ke bawah. Tapi bila kita konsumsi produk lokal maka Insya Allah, ekonomi kita bakal kuat,\" ujarnya.

Bambang menambahkan, seperti diketahui bahwa money outflow Bengkulu sangat tinggi sakali hingga mencapai 80 persin dibanding terbalik dengan uang masuk ke Bengkulu yang hanya sekitar 30 persen. Hal ini, bila kosumsi masyarakat memakai produk non lokal, maka akan membuat lesu uang masuk ke Bengkulu.

\"Oleh karena itu, kita harus gencar dalam mensosialisasikan kepada masyarakat tentang hal ini. Bila hal ini terus dibiarkan, anak cucu kita bakal akan terus terkontiminasi dengan produk non lokal. Sebagai contoh, masyarakat akan lebih banyak membeli durian Bangkok daripada durian Curup,\" tegasnya.

Dengan hal itu, secara otomatis ekonomi masyarakat dalam sektor pertanianan akan semakin menderita. Karena jumlah kosumsi masyarakt menjadi menurun kepada hasil pertanian lokal. \"Bila itu dipilih, petani kita akan terpuruk. Karena tidak ada likuiditas atau penghasilan yang masuk,” pungkas Bambang. (151)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: