Premium Bisa Rp 7.200
JAKARTA, BE - Makin anjloknya harga minyak dunia bakal direspon pemerintah dengan menurunkan harga bahan bakar minyak (bbm) terutama premium. Rencananya, evaluasi harga bensin dengan oktan 88 itu dilakukan untuk harga jual Januari. Meski harga premium nantinya tidak akan turun terlalu banyak.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang pada koran ini menjelaskan kalau peluang penurunan harga sangat terbuka lebar. Untuk besarannya, dia belum bisa menjawab pasti karena menunggu perkembangan harga indeks pasar dan kurs rupiah terhadap dolar AS sampai 24 Desember ini.
\"Insya Allah turun. Harga keekonomian premium saat ini Rp 7.200 per liter,\" ujarnya. Kalau harga keekonomian itu bertahan sampai pekan depan, berarti premium hanya di Jawa, Madura, dan Bali turun Rp 200 dari sebelumnya Rp 7.400 per liter. Di luar area itu, hanya turun Rp 100.
Lebih lanjut direksi yang akrab disapa Abe itu menjelaskan, penurunan bisa lebih banyak kalau rupiah bisa menguat. Seperti diketahui, nilai tukar rupiah saat ini kembali melemah sampai di level Rp 14 ribu per dolar AS. \"Kalau menguat, diharapkan bisa lebih besar turunnya,\" imbuh Abe.
Penurunan yang kecil itu menurutnya bukan karena pemerintah menetapkan masa evaluasi harga premium setiap tiga bulan. Jadi, asumsi bahwa penentuan harga premium lebih mempertimbangakan banyak faktor tidaklah tepat. Abe menyebut, prinsip penentuan harga premium sebulan sekali atau tiga bulan tidak jauh berbeda.
\"Bagi kami sama saja. Yang penting konsisten,\" sindirnya. Bekas bos Pertamina Trans Kontinental (PTK) itu menyinggung kembali soal penentuan harga premium beberapa waktu lalu. Saat harga turun, pemerintah segera menurunkan harga jual premium. Tapi, respon yang berbeda diberikan saat keekonomian premium naik.
Gara-gara itu, Pertamina diketahui merugi sampai Rp 15 triliun karena kementerian ESDM masih bereksperimen soal evaluasi harga bensin. Dari bulanan, atau tiap tiga bulan dan enam bulan. Akhirnya, kementerian memilih evaluasi tiga bulanan terhitung sejak Oktober 2015.
Kalau pemerintah konsisten mengevaluasi harga premium, Abe menyebut harga jual premium saat ini Rp 7.700 per liter. Kalau situasi yang sama tetap terjadi, penurunan premium bisa sampai Rp 500 per liter. \"Kalau harga premium sebelumnya disetujui, turunnya terasa besar juga,\" jelasnya.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto saat membuka Refining Day 2015 mengatakan penurunan harga minyak mentah belum terlalu terasa. Alasannya, nilai tukar rupiah yang juga melemah sehingga membuat transaksi minyak mentah tetap tinggi. Seperti diketahui, Indonesia masih melakukan impor untuk menghasilkan BBM.
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja juga memberikan sinyalemen yang sama. Evaluasi per tiga bulan premium membuat pemerintah harus membahas harga baru untuk penjualan Januari. Melihat harga minyak dunia yang terus turun, peluang penurunan harga juga disebutnya terbuka.
\"Nanti Pak Menteri (Sudirman Said, Red) yang menjelaskan. Tapi sudah dihitung, analisis, dan ditentukan parameter-parameternya?,\" terangnya. Menurutnya, kalau harga bisa turun akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Terutama, bagi perkembangan ekonomi Indonesia timur jadi bisa lebih baik lagi.
Untuk prediksi penurunan harga, Wirat enggan menerka-nerka. Yang jelas, saat ini harga minyak mentah memang terus menunjukkan trend penurunan. Mengutip Nasdaq, harga jual minyak mentah jenis WTI menyampai USD 36,67 per barel. Terus merosot dari awal Desember yang masih bertahan di USD 41 per barel. (dim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: