Produksi Gula Aren Menurun
CURUP, BE - Musim kemarau yang melanda Rejang Lebong ternyata tidak hanya berdampak pada pertanian padi sawah maupun palawija. Namun juga berdampak pada petani gula aren. Akibat kemarau yang terjadi saat ini, produksi gula aren di Rejang Lebong mengalami penurunan drastis. Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Air Meles Atas, Wahyono. Menurut Wahyono, 90 persen penduduknya dari 6.002 kepala keluarga yang dipimpinya mengandalkan hasil pertanian dengan penyadapan pohon aren yang menghasilkan gula aren. Namun, karena musim kemarau yang berkepanjangan, hasil gula aren menurun. \"Yang biasanya satu keluarga setiap hari mampu memproduksi 18 Kg gula, saat ini hanya 8-10 Kg/hari, sebab air nira yang dihasilkan menurun. Mungkin karena serapan air untuk pohon air berkurang,\" ungkap Wahyono. Menurut Wahyono, masalah mereka bukan hanya sebatas menurunnya produksi gula aren, namun juga pada harganya yang juga mengalami penurunan. Dimana menurutnya awalnya harga 1 Kg gula aren mendapai Rp 20 ribu namun saat ini hanya berkisar antara Rp 10 hingga Rp 13 ribu per Kg. \"Saat ini harganya rendah mungkin pengaruh berkurangnya permintaan dari luar. Tapi tetap lancar, sehingga petani masih bisa menjual meskipun produksinya berkurang dan harga murah,\" tambahnya. Selain masalah gula, warganya juga mengeluhkan tidak bisa melakukan penanaman sayuran di kebun masing-masing. Hal tersebut karena saat ini ketersedian air sudah sangat minim. Bahkan menurutnya, sebagian petani yang sebelumnya sudah menyemai sejumlah tanaman, terpaksa harus membiarkan bibit yang sudah disemai mati. \"Kalau mau menanam, kan harus ada hujan, sekarang tidak ada hujan jadi tidak menanam. Meskipun ada sebagian petani kita sudah menyemai bibit namun karena tidak hujan tidak ditanam sehingga dibiarkan sampai mati,\" jelas Wahyono.(251)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: