Oktiya Haniarti Berbagi Pengalaman Menjadi Translator Artis-Artis Korea

Oktiya Haniarti Berbagi Pengalaman Menjadi Translator Artis-Artis Korea

Paling Menyenangkan Ngobrol dengan Nichkhun 2PM \"15741_13625_OKE-foto-boks-1\" Demam K-pop (Korean pop) yang masih menjangkiti remaja-remaja Indonesia memberikan peluang pekerjaan bagi Oktiya Haniarti. Berkat keahliannya berbahasa Korea, perempuan cantik itu hampir selalu menjadi langganan penerjemah bagi artis-artis Negeri Ginseng tersebut ketika tur ke Indonesia. Laporan Zalzilatul Hikmia, Jakarta SORE itu (27/3), sejumlah orang masih tampak berlalu-lalang melakukan persiapan akhir untuk acara konferensi pers konser 2PM di Jakarta. Beberapa di antara mereka sibuk mengangkat bangku-bangku tambahan ke ruangan di Kota Kasablanka Mall. Termasuk, sosok perempuan berpenampilan mencolok yang mondar-mandir di depan panggung. Terlihat seperti menghafal, dia terus mengucap lirih satu kalimat sambil sesekali melihat kertas yang dipegangnya. Ya, perempuan tersebut adalah Oktiya Haniarti. Sore itu, dia didapuk menjadi penerjemah sekaligus MC pada acara yang dihadiri para artis Korea tersebut. Keberadaannya cukup penting karena menjadi ’’jembatan’’ komunikasi antara wartawan Indonesia dan artis Korea yang hanya bisa berbahasa negaranya. Di dunia entertainment, khususnya yang berkaitan dengan K-pop, nama Oktiya Haniarti memang cukup familier. Hampir dalam setiap acara yang mendatangkan selebriti atau pesepak bola Korea dan membutuhkan jasa penerjemah, nama Okti –panggilan gadis 25 tahun itu– selalu ada. Sejumlah penyelenggara acara pernah memanfaatkan kemahiran bahasa Korea Okti. Sebut saja konser Super Junior (Suju) Show 4, SM Town, 2PM, Lee Min Ho, Running Man, temu fans dengan Park Ji-sung, CNBlue, Ukiss, dan banyak lagi. Bahasa Korea Okti memang tidak diragukan lagi. Lahir dan besar di Seoul (mengikuti orang tua yang saat itu menjadi staf di Kedubes RI di ibu kota Korea tersebut) membuat Okti terbiasa dengan bahasa Korea. Namun, terjun di dunia interpreter sama sekali tidak pernah terbayang dalam diri gadis keturunan Sunda-Jawa itu. Okti semula justru ingin menjadi artis layaknya gadis-gadis Korea pada umumnya. Karena itu, dia pernah mencoba masuk sebuah agensi. Dia mendaftar untuk dapat ikut program pelatihan menjadi artis dengan membayar 200 ribu won (sekitar Rp 2,2 juta dengan kurs 1 won = Rp 11). Oleh pihak agensi, Okti dijanjikan bisa segera debut sebagai artis pendatang baru. Tapi sayang, mimpi itu buyar seketika. Agensi tersebut ternyata abal-abal dan hanya menginginkan uangnya. Namun, nasib berkata lain. Pada 2012, saat mengunjungi sang nenek di Jakarta, Okti bagai ketiban durian. Dia ditawari kenalannya untuk menjadi penerjemah dalam konser artis top Korea, Super Junior Show 4 (SS4), di Jakarta. ”Saat itu antara percaya nggak percaya aku mendapat job istimewa, menjadi translator Suju (Super Junior) di Jakarta. Kayak mimpi saja,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (10/4). Bermodal nekat, dia menerima job pertamanya sebagai penerjemah. Tapi, bekal pengalaman beberapa kali menjadi pembawa acara atau master of ceremony (MC) di Korea ternyata tidak membantunya. Dia gugup. Walhasil, dia membawakan konser SS4 dengan kaku. Ucapan-ucapan aggota Suju dia artikan seperti novel terjemahan dalam bahasa Indonesia yang baku. ”Kalau ingat itu, aku malu. Soalnya, kaku banget,” kenangnya. Maklum, kala itu lulusan jurusan broadcasting dan journal dari Universitas Chung-Ang, Seoul, tersebut memang belum mengenal bahasa gaul remaja Indonesia. Selain itu, dia belum punya pengalaman menjadi penerjemah. Apalagi menjadi translator artis beken seperti Suju. Ditambah lagi, Okti ternyata juga pengagum Leeteuk dan kawan-kawan. ”Di Korea saja, susah banget untuk bisa bertemu mereka. Ini tiba-tiba aku disuruh ngobrol atau nerjemahin ucapan mereka dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Gimana aku nggak gelagapan?” ucap dia sambil tertawa. Sejak itulah, Okti justru mulai berpikir untuk menggeluti dunia interpreter dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Penggemar berat boyband Big Bang tersebut mencium kesempatan berkarir di bidang interpreter. Apalagi, kala itu Korean wave tengah menyerbu Indonesia. Meski begitu, keinginan tersebut sempat ditentang orang tua Okti, Wasito Achmad, 57, dan Kusuma Riyanti, 53. Mereka berkeberatan karena pilihan itu otomatis akan menjauhkan keduanya dari anak semata wayangnya. Saat itu Wasito masih bekerja aktif sebagai staf lokal Kedutaan Besar RI di Korea. Dengan berbagai cara, Okti berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. Sampai akhirnya mereka setuju dengan syarat: Okti harus menyelesaikan kuliah terlebih dahulu. Setelah syarat itu terpenuhi, dara manis tersebut langsung mengepak barang dan terbang ke Indonesia. Namun, harapan setinggi langit yang sebelumnya membuat hati Okti berbunga-bunga ternyata tak seindah kenyataan. Dia sempat tidak mendapat job sama sekali. Memang kala itu belum ada event Korea yang digelar di Jakarta. ”Tapi, rezeki emang nggak ke mana. Alhamdulillah, akhirnya aku dapat tawaran buat acara SM Town pada September 2012,” tuturnya. Dia langsung berselancar di internet untuk mencari informasi yang terkait dengan artis-artis SM Entertainment Korea. Mulai konser album terbaru hingga lagu-lagu mereka. Hal itu tidak menjadi tugas berat bagi Okti. Kecintaan terhadap musik membuat dia cepat menghafal. ”Apalagi, aku memang suka K-pop. Ketika di Korea, hampir tiap hari aku dengerinnya ya lagu-lagu pop Korea,” sambungnya. Pada job kedua sebagai penerjemah, dia lebih rileks. Namun, ada kesulitan lain yang dia rasakan. Okti harus menerjemahkan dari belakang panggung. Artinya, dia tidak bisa melihat secara langsung ekspresi wajah artis yang dibantu terjemahan bahasanya. Tentu itu menjadi tantangan berat untuknya. Dia harus berkonsentrasi penuh pada setiap ucapan sang artis. ”Akibatnya, nada bicaraku tetap kaku,” ungkap perempuan kelahiran 7 Oktober 1989 itu. Meski begitu, lambat laun kesulitan-kesulitan tersebut perlahan hilang. Okti cepat belajar dari pengalaman. Kini dia bisa dengan santai saat bertugas. Bahkan, dia telah bisa membedakan mana pertanyaan dari wartawan maupun ucapan sang artis yang boleh dan tidak boleh diterjemahkan. Pasalnya, tak jarang wartawan sering bertanya soal kehidupan pribadi sang artis. Misalnya saat jumpa pers 2PM World Tour Go Crazy Maret lalu. Salah seorang wartawan menyinggung hubungan percintaan Nichkhun dengan Tiffany, member SNSD, dalam sesi tanya jawab. Pertanyaan itu pun sengaja dia biarkan menguap tanpa diterjemahkan. ”Kalau untuk artis Korea, aturan dari pihak mereka sangat ketat. Tidak boleh ada pertanyaan pribadi. Jadi, sebisa mungkin aku harus bisa handle itu,” jelas penghobi jalan-jalan tersebut. Kepiawaian menjadi penerjemah bahasa Korea itu kini membuat Okti kebanjiran job. Meski demikian, dia mengaku masih harus terus belajar. Apalagi saat menghadapi kondisi yang serba mendadak. Naskah diberikan pada hari H acara. Dengan begitu, dia harus sigap menerjemahkan seluruh konten saat itu juga. Selain itu, mood sang artis menjadi tantangan besar lain. Sebab, tak jarang sang artis kurang fit sehingga turut memengaruhi jawaban yang keluar. Misalnya saat acara fans meeting Lee Min-ho di Jakarta. Saat itu Lee Min-ho terlihat lesu. Setelah ditelusuri, ternyata aktor tampan tersebut baru saja mengalami kejadian buruk di hotel tempatnya menginap. Ketika mengeringkan rambut, hair dryer yang digunakan meledak. Akibatnya, rambut pemeran Gu Jun-pyo dalam drama Boys before Flowers itu sedikit gosong. Bukan hanya itu, menurut Okti, pekerjaan yang ditekuninya tersebut juga berisiko tinggi. Risiko itu terletak pada kepuasan fans para artis Korea yang dia tangani. Misalnya, jika kalimat terjemahan yang dilontarkannya dianggap kurang pas, Okti siap-siap mendapat kritik tajam. Tapi, dia tak menampik bahwa beberapa kali keberuntungan menghampiri dirinya. Keberuntungan yang tentu sangat diharapkan K-popers. Misalnya saat acara 2PM Go Crazy. Okti dapat berbicara langsung dengan para anggota 2PM. Sebab, itu bukan kali pertama dia menangani mereka. Sebelumnya, dia juga menjadi penerjemah 2PM dalam konser Hands Up 2012. Dengan ragu-ragu, Okti memberanikan diri untuk bertanya apakah mereka ingat kepadanya. ”Nichkhun yang pertama inget aku. He he he,” ujarnya senang. Selain Nichkhun, Okti juga dapat berbincang dengan Chansung. Bahkan, dia sempat berfoto bareng dengan maknae (member termuda) 2PM itu. Keberuntungan lain dia rasakan saat menjadi interpreter dalam SS5. Saat itu Okti berkesempatan menemani salah satu media televisi untuk melakukan wawancara khusus. Dia mendapat kesempatan berinteraksi lebih dengan para member Suju daripada saat di atas panggung. Yang paling dia ingat, kala itu Kangin, member Suju, bertanya kepadanya. ”Siapa member yang paling kamu senangi?” ujar Okti, menirukan ucapan Kangin. Dengan polos, Oktimengaku menyukai Kyuhyun. Dengan nada bercanda, Kangin pun melontarkan protes kepadanya. ”Kok kamu gitu? Kan aku yang tanya. Seharusnya kamu bilang aku dong,” kenangnya, menirukan jawaban Kangin. Kenangan lain dirasakan saat dia bekerja sama untuk menjadi penerjemah SM Town di Jakarta. Kala itu dia bertemu Amber, anggota girlband F(X). Amber yang melewatinya mendadak berhenti dan memandangnya lama. Setelah itu, bukan beranjak, sang pelantun Hot Summer tersebut justru memanggil member F(X) lainnya. Selidik punya selidik, Amber kaget lantaran melihat wajah Okti yang ternyata mirip dengan dirinya. ”Iya sih, dulu habis SS4 ada yang upload foto aku disampingin sama Amber. Tapi, aku nggak terlalu percaya. Eh, tak tahunya, pas ketemu langsung, dia (Amber, Red) yang kaget duluan,” jelasnya, kemudian tersenyum. Dalam kesempatan yang sama, Okti sempat disapa mantan member SNSD dan Girls Generation Jessica Jung. Saat itu Jessica, yang masih menjadi member SNSD, turut menjadi pengisi acara. Setelah tampil, Jessica melihat sosok Okti yang tengah berada di belakang panggung. Dia secara spontan menyapanya. Meski tidak ingat nama Okti, Jessica mengaku tahu bahwa Okti adalah adik kelasnya di Korean Kent Foreign School, Seoul. ”Adik kelasnya Tiffany juga sih. He he. Seneng aja diinget,” katanya sambil tersipu malu. (*/c11/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: