Bengkulu Gerbang Ekonomi Sumatera
BENGKULU, BE - Mahfud MD (MMD) Initiative Bengkulu kembali menggelar diskusi publik, kemarin (3/2). Diskusi tersebut mengambil tema \'Membangun Bengkulu sebagai Poros Maritim Indonesia\'. Bertindak selaku narasumber diantaranya Pakar Ekonomi Maritim Prof Dr Laode M Kamaluddin MSc, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Prof Dr Rokhmin Dahuri, Ketua Dewan Pembina MMD Initiative Bengkulu Dr H Ridwan Mukti MH, serta Ketua Program Studi Kelautan Universitas Bengkulu (Unib) Ir Dede Hartono MT. \"Bengkulu jelas tidak bisa mengandalkan pendapatan dari daratan semata-mata. Karena 80 persen wilayah kita adalah hutan. Ruang pengembangannya jadi begitu sempit. Hanya 20 persen lahan yang hanya bisa dipakai dan itu pun sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Dengan melihat peta geografi Bengkulu secara seksama, maka saya ingin menawarkan Bengkulu sebagai gerbang ekonomi Sumatera,\" kata Ketua Dewan Pembina MMD Initiative Bengkulu Dr H Ridwan Mukti MH. Ia menjelaskan, konsep ini selaras dengan program Presiden RI Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Menurutnya, bilamana Bengkulu menjadi salah satu jalur logistik nasional, maka hal ini akan menimbulkan potensi pendapatan yang luar biasa besar. \"Selama ini perairan lain seperti Selat Malaka dan Bangka sudah begitu padat dengan lalu lintas perkapalan. Ini peluang emas bagi kita. Apalagi kita memiliki pantai yang indah nan elok seperti Pantai Laguna Kaur yang bisa menjadi penunjang ideal konsep ini,\" ujar Bupati Musi Rawas ini. Sementara Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Prof Dr Rokhmin Dahuri, menjelaskan, Indonesia masuk sebagai negara berpendapatan rendah selama ini karena kurang optimal dalam mengelola potensi laut yang dimiliki. Menurutnya, untuk menjadi bangsa besar dan maju, Indonesia harus belanjar dari Tiongkok yang berhasil mengembangkan maritimnya. \"Ada beberapa hal yang harus segera kita kembangkan. Diantaranya adalah trasportasi laut, industri galang kapal, pelabuhan. Ini semua kalau tergalang dengan baik bakal menghasilkan pendapatan hingga mencapai Rp 1,2 triliun dollar atau 7 kali lipat dari APBD kita yang sekarang. Bisa menyerap tenaga kerja hingga 40 juta orang,\" tukasnya. Ia menyayangkan selama ini dalam mencukupi kebutuhan industri perkapalannya, Indonesia masih mengandalkan ekspor dari luar. Padahal, menurut dia, sebagai negara maritim, Indonesia harusnya bisa mengembangkan industri tersebut secara swadaya. \"Makanya kita butuh seorang pemipin yang ahli dalam pemasaran, tampan dan berbadan besar seperti Ridwan Mukti. Cukup sudah 90 persen industri perkapalan kita diekspor dari Thailand dan Malaysia. Saatnya kita kembangkan sendiri dan saya yakin kita bisa,\" tandasnya. Kegiatan disuksi publik ini tidak hanya menghadirkan pembicara-pembicara yang ahli dalam bidangnya. Ikut serta diantaranya para tokoh masyarakat, para nelayan, aparat hukum kelautan, sejumlah insan media dan para praktisi kemaritiman. (009)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: