Jumlah Kredit Nganggur Dekati Rp 900 T

Jumlah Kredit Nganggur Dekati Rp 900 T

\"kredit_nganggur_rpJAKARTA - Di tengah cemerlangnya kinerja perbankan nasional, ada satu titik buram yang mesti mendapat perhatian, yakni undisbursed loan atau komitmen kredit yang sudah diberikan bank, namun belum terserap oleh pelaku usaha. Ini berarti kredit nganggur.
Direktur Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, data statistik perbankan Indonesia menunjukkan, hingga akhir Oktober 2012, undisbursed loan menembus rekor Rp 887,02 triliun. \"Ini angka tertinggi,\" ujarnya akhir pekan lalu. Jika dibandingkan dengan angka undisbursed loan periode Oktober 2011 yang sebesar Rp 641.71 triliun, maka terjadi lonjakan signifikan hingga 38,22 persen. Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan penyaluran kredit yang pada Oktober 2012 tercatat sebesar Rp 2.585,34 triliun, naik 22,74 persen dibandingkan periode Oktober 2011 yang sebesar Rp 2.106,15 triliun. Jika dicermati, penyumbang terbesar undisbursed loan adalah kelompok Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang per akhir Oktober 2012 mencatat kredit nganggur sebesar Rp 348,70 triliun. Tren undisbursed loan di BUSN Devisa ini terus naik dari bulan ke bulan.\" Selanjutnya, bank asing mencatat undisbursed loan terbesar kedua dengan angka Rp 227,52 triliun. Jumlah ini melonjak tinggi hingga 120 persen dibandingkan periode Oktober 2011 yang sebesar Rp 103,38 triliun. Di posisi ke-3, bank BUMN mencatat undisbursed loan sebesar Rp 187,83 triliun. Namun, angkanya fluktuatif cenderung turun. Misalnya, pada periode Februari 2012, bank BUMN pernah mencatat kredit nganggur tertinggi hingga Rp 199,65 triliun. Di bawahnya, berturut-turut adalah bank campuran yang mencatat undisbursed loan sebesar Rp 101,30 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp 17,03 triliun, dan BUSN Non-Devisa sebesar Rp 4,60 triliun. Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, salah satu penyebab tingginya undisbursed loan adalah rendahnya daya serap dunia usaha. Sehingga, meski sudah mendapat persetujuan kredit perbankan, pelaku usaha tidak mencairkannya. \"Faktornya bisa karena ada hambatan dalam operasional atau ekspansi,\" ujarnya. Selain itu, lanjut dia, pelaku usaha sektor konstruksi dan infrastruktur yang menjadi salah satu penyumbang terbesar undisbursed loan, seringkali menyatakan bahwa mereka belum mencairkan kredit karena masih terhambat masalah pembebasan lahan. \"Jadi, proyeknya belum bisa jalan,\" katanya. Senada dengan Ryan, Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso mengatakan, kebanyakan undisbursed loan memang terjadi pada proyek-proyek infrastruktur yang tersendat. \"Kalau ditelisik, momoknya memang pembebasan lahan,\" ucapnya. Direktur Business Banking Bank CIMB Niaga Handoyo Soebali menambahkan, undisbursed loan biasanya berasal dari pinjaman investasi. Misalnya, pelaku usaha yang menunda pencairan kredit karena proyek investasinya tidak berjalan sesuai rencana. \"Sehingga, pencairan kredit disesuaikan dengan kebutuhan,\" ujarnya. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, kondisi krisis ekonomi global yang belum membaik memang membuat beberapa pelaku usaha mengerem ekspansi, terutama yang berorientasi ekspor. \"Ada yang ekspansi jalan terus, tapi ada juga yang wait and see,\" ucapnya. (owi/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: