Lebong Kehilangan Sumber Air Baku

Lebong Kehilangan  Sumber Air Baku

LEBONG UTARA, BE - Kabupaten Lebong, ternyata memiliki satu permasalahan besar, yakni terancam kehilangan sumber-sumber air baku.  Sebab, kawasan yang diplot sebagai sumber mata Air PDAM telah mengalami kerusakan yang mengkhawatirkan.  Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, maka kabupaten yang 70 persen wilayahnya dikelilingi Hutan Lindung (HL) dan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) ini, 5 hingga 10 tahun ke depan, akan kehilangan sumber mata air PDAM-nya. Hal ini diungkapkan Direktur PDAM Tirta Tebo Emas Kabupaten Lebong Maulana Yusuf SE kepada wartawan, kemarin.

\"Sumber mata Air Utama PDAM yakni di Bukit Resam dengan Sumber Air Santan, untuk Wilayah Tes Sumber Mata Air di kawasan Mangku Rajo dan di Topos seluruhnya telah mengalami penyusutan. Antara tahun 1990-2000 saya melakukan pengukuran debit air dari sumber PDAM di Mangkurajo, perdetiknya menghasilkan air 40 liter, tetapi sekarang hanya menghasilkan 8 liter/detik.  Untuk Air Santan dalam periode yang sama perdetiknya menghasilkan 300 kubik air dan sekarang hanya tinggal 30-40 liter/detik,\" ungkap Maulana.

Dikatakan Maulana, pengurangan debit air ini terjadi karena kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan tangkapan air sudah mengalami kerusakan. Untuk itu, jika tidak segera diperbaiki, maka dalam 5 tahun ke depan sumber-sumber PDAM ini akan habis.  Saat ini, untuk sumber mata air PDAM Lebong yang masih relatif aman yakni di Air Kopras Kecamatan Pinang Belapis.  Tetapi dengan pertambahan jumlah pelanggan PDAM, maka sumber air tersebut tidak akan mencukupi untuk mensuplai seluruh pelanggan PDAM yang ada di Kabupaten Lebong.

\"Upaya perbaikan terhadap sumber mata air sangat penting dilakukan, apalagi diwilayah Mangkurajo dan Bukit Resam. Khusus untuk Bukit Resam dengan terjadinya kerusakan hutan di kawaan tersebut maka akan mengancam Perkembangan Kota Tubei yang natinya akan menjadi pusat Kota dan Pemerintahan. Memang kalau sekarang belum terasa karena jumlah penduduk di wilayah Tubei masih sedikit, tapi dengan pertumbuhan pemukiman yang cukup pesat saat ini, tentunya hal ini merupakan ancaman besar bagi kita,\" kata Maulana.

Selain itu, pengurangan debit air di Sungai Ketahun juga telah terjadi akibat  kerusakan hutan.  Penurunan debit air ini akan berimbas langsung dengan Pertanian Lebong. \"Jika perbaikan di 7 Hulu sungai Ketahun tidak dilakukan secepatnya, maka areal persawahan kita terutama di 6 kecamatan, akan mengalami kekeringan.  Perbaikan hutan ini masih menjadi pemikiran kita bersama dan juga menjadi tanggung jawab kita bersama,\" pungkas Maulana. (777)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: