Harga Elpiji Turun, Agen Merugi

Harga Elpiji  Turun, Agen Merugi

RATU SAMBAN,BE- Setelah mendapat protes keras dan penolakan di sana sini, akhirnya PT Pertamina Persero menurunkan harga Elpiji 12 kg nonsubsidi dari Rp 3.959 per Kg menjadi Rp 1.000 per Kg. Sayangnya, sejumlah pengecer mengaku tetap merugi lantaran mereka sudah telanjur membeli Elpiji dengan harga Rp 3.959 per Kg dan penjualannya sepi karena masyarakat banyak beralih ke Elpiji kemasan 3 kg. Agen Elpiji PT Sinar lawang, Muchtaridi yang beralamat di Tanah Patah kota Bengkulu mengungkapkan dengan ada kebijakan baru tersebut kini harga elpiji di tingkat agen dari Rp 129.600 menjadi Rp 96.300. Namun dengan penurunan harga tersebut dirinya mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Pasalnya, elpiji yang ada saat ini telah dibelinya dari Pertamina dengan harga saat kenaikan. Sementara tabung elpiji 12 Kg belum laku terjual, harga sudah diturunkan. \"Merugilah, karena harga tebus saat harga naik mahal, permintaan berkurang,dan sekarang harganya turun \" katanya. Pun begitu, ia mengaku akan tetap mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah dan Pertamina. Jika tidak diturunkan, maka usahanya itu bisa dikenakan sanksi. Tak ditampiknya pula  pascakenaikan harga elpiji 12 kg, konsumen lebih memilih membeli elpiji 3 kg yang harganya stabil Rp 14.500 per tabung. Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bengkulu, Tonny Elfian melalui Kepala Bidang Perdagangan, Rahmansyah menuturkan, kemarin pagi melakukan pemantauan di sejumlah agen dan pengecer. Hasilnya di tingkat pengecer yang tadinya dijual Rp 145 ribu per tabung, sejak ada aturan harga turun menjadi Rp 110 ribu per tabung. \"Pengecer sudah turunkan harga, besaran itu sudah diantar sampai ke rumah. Diharapkan harga baru ini tidak menyebabkan beralihnya konsumen ke elpiji 3 kg, \" pintanya. Penaikan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kilogram sebesar Rp1.000 per kilogram dapat memengaruhi besaran defisit anggaran pada 2014. Kebijakan Pertamina yang menaikkan harga elpiji tabung 12 kilogram bukan merupakan suatu hal yang salah karena tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah dan untuk menutup kerugian. Di bagian lain Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan punya alasan tersendiri mengapa dirinya mau pasang badan terkait kisruh kenaikan harga elpiji 12 kg selama seminggu terakhir. Sebagai pemimpin di perusahaan pelat merah, Dahlan tak mau lari dari tanggung jawab. \"Begini, pemimpin yang baik itu belum tentu bapak yang baik dan bapak yang baik belum tentu bisa jadi pemimpin yang baik. Itu prinsipnya. Salah satu pemimpin yang baik itu harus mau bertanggung jawab. Jadi kan harus ada yang berani pasang badan,\" ujar Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (7/1). Lebih lanjut, pria asal Magetan ini menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang baik tidak selalu melewati perjalanan yang mulus. Terlebih, seorang pemimpin harus dihadapkan dengan berbagai karakter sifat masyarakat, yang belum tentu mendukung. \"Di Indonesia terlalu banyak bapak yang baik, karena namanya anak itu kan macem-macem. Saya anggap anak itu rakyat, ada yang nakal, ada yang manja, ada yang rasional, ada yang ingin mau maju, ada yang malas, ada yang yang rajin. Keluarga juga begitu, kalau anaknya banyak, sifat masing-masing anak nggak sama,\" jelasnya. Karenanya sebagai pemimpin, Dahlan dituntut untuk mengambil keputusan yang terbaik. Dan keputusan yang baik itu diakuinya belum tentu berbuah manis dan dianggap baik oleh semua orang. \"Jadi pemimpin itu harus memutuskan, meski pahit rasanya. Kadang manis, kadang nggak menyenangkan, kadang menyenangkan. Itu tanggung jawab seorang pemimpin,\" tutup mantan Dirut PLN.(247/**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: