Belajar dari Pelabuhan Rotterdam

Belajar dari Pelabuhan Rotterdam

Catatan Perjalanan Menuju Eropa (2)

\"fotooleh Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah SAg MPd

=================

SETELAH  istrirahat sekitar 30 menit di Bandara Abu Dhabi. Perjalanan kembali dilanjutkan menuju Amterdam. Boarding. Ribet lagi, lewat X-tray bunyi tit..tit..tit balik lagi. Lima kali bolak balik masih bunyi juga. Penjaganya ngomel-ngomel dalam bahasa Inggris.

Batin ku, emangnya aku ngerti.  \"Eeee alaaahhh....cincin rupanya. Ribet, semua sudah dicopot. Sepatu, ikat pinggang. Untung pinggang celananya pas. Kaluu kedodoran. Nah lho,\" gumam saya.

Masuk pesawat Garuda. Masih pesawat yang sama dan duduk di seat yang sama. Seat 3 K. Ibu kekasih tercintanya itu, di 3H. Celoteh pramugari, ke Amsterdam tujuh jam lagi. \"Alamak, empat belas jam.\"  Kami belum shalat subuh karena belum masuk waktunya kata pramugari. Setelah mengudara sekitar 1 jam baru pramugari menyatakan sudah boleh shalat subuh. Tayamum dan shalat subuh. Tetangga sebelah juga shalat. Tidur lagi. \"Ibu nanya. Pak kok yg di depan ada tivinya. Kita juga ada. Nih tivinya disumputin di bawah sandaran lengan,\" kata saya.

Saya coba setel. Gak mood nonton eeee tiba-tiba mati sendiri. Bingung. Eee rupanya cekonetnya (remote) nempel disamping paha kanan. Pasti on off nya kegencet. Ya sudah, tivinya dikembalikan pada tempat semula.  Tidur lagi. Entah berapa lama. Terbangun karena ibu nanya mau makan mie gelas apa nggak. Bangun pesan mie gelas. Nonton lagi. Tetangga sebelah (Pak wali dan isteri shalat dhuha) kita nonton dulu. Shalat dhuha. Nonton lagi. Pramugari sibuk mengantar menu sarapan pagi.

\"Hureeee sampai di Amsterdam\".  Pesawat mendarat jam 9.20 waktu Londo (Bahasa Jawa). Begitu mendarat saya bilang sama Pak wali, \"Pak wali gak ada penghuninya dikota ini.\"

Persis seperti kota mati karena memang masih jauh dari terminal bandaranya. Sampai terminal bandara memang tidak seramai bandara Soeta, Jakarta. Turun, penyakit ibu-ibu kambuh lagi. Foto-foto, beberapa jepretan. Lewat pemeriksaan ternyata satu petugasnya bisa fasih bahasa Indonesia. Kita dijemput travel yg sudah dicarter oleh Pelindo. Ternyata dalam rombongan tersebut ada Pak Didik  Sukamto, Vice Director PT. Van Oord Indonesia yang mengeruk Pelabuhan Pulau Baai.

Beliau yang akan menemani kami di Amsterdam dan head officenya memang di Belanda ini. Ini sudah ke sembilan kalinya beliau ke Belanda. Sepanjang perjalanan, alangkah bersihnya Amsterdam ini. Nyaris tidak ada sampah selembar pun baik di kiri kanan jalan maupun di median jalan. \"Hemmmmm....dinginnya\". Cuacanya 9 derajat celcius. Bobo di Bengkulu kami menggunakan AC hanya 24 derajat celcius. Cuacanya seperti mau hujan.

Kalau di Bengkulu seperti menjelang malam padahal baru jam 10.00. Belanda terletak di bagian Barat Laut Eropa. Di sebelah timur, Belanda berbatasan dengan Jerman, di sebelah selatan, Belanda berbatasan dengan Belgia.  Di sebelah barat, Belanda berbatasan dengan Laut Utara. Empat musim di Belanda. ” De Lente ” Musim Semi – Dimulai tanggal 21 Maret hingga tanggal 21 Juni. ” De Zomer ” Musim Panas – Dimulai tanggal 21 Juni hingga tanggal 23 September.

” De Herfst ” Musim Gugur – Dimulai tanggal 23 September hingga tanggal 21 Desember” dan De Winter \"Musim Dingin – Dimulai tanggal 21 Desember hingga tanggal 21 Maret. Kami bertemu dengan musim gugur. Turun dari pesawat kita ikut antrean ngambil koper. Lumayan, dua koper. Isinya banyak makanan. Takut gak sesuai dengan lidah kita makanan yg ada disini. Menjelang mendarat HP sudah berbunyi \"tuuuuttt tuuuuuttt\". Pasti pulsa sudah masuk. Di Abu Dhabi pulsa tinggal 25 rupiah lagi. Saya SMS ke staf ucapan terima kasih pulsa sudah masuk.  \"Masya Allah bro. Sekali SMS 7.500 rupiah.

Apalagi kalau nelepon. iPad gak berfungsi. Gak ada signal perjalanan dari bandara ke hotel membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kami menginap di Theo Manhattan Hotel. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel kiri kanan jalan disuguhi pemandangan yg indah. Ternyata Belanda struktur tanahnya banyak rawa-rawa. Kota Rotterdam melakukan program pengendalian banjir sejak sekitar 200 tahun silam. Pasalnya, kota tersebut lebih rendah dari permukaan laut sehingga persoalan itu telah diatasi sejak dahulu.

Maka itu Pemprov DKI memperdalam kerja samanya dengan Pemerintah Kota Rotterdam yang telah terjalin sejak tahun 1986, yakni dengan menandatangani minute of agreement Jakarta-Rotterdam di bidang tata air untuk periode tahun 2013 hingga 2015. \"Tanggul itu dibangun bukan untuk menahan banjir Pak,\" tutur Pak Didik.

Itu dibangun karena masyarakat  seberang jalan itu protes karena bising bunyi kendaraan. Nah Pemerintah menghormati hak warganya maka itu dibangun untuk meredam suara bising. Saya terdiam. Di Bengkulu, jangankan untuk membangun peredam bising membangun jalan provinsi  saja dananya sangat terbatas. Panjang jalan prov mencapai 1.500 km lebih andaikata 1 km butuh dana Rp 1 miliar. Maka untuk jalan provinsi saja butuh dana Rp 1,5 triliun.APBD kita saja cuma Rp 1,9 triliun.

Akhirnya jam 10.30 sampai di Hotel Manhattan. Kami menghuni kamar 108. Kamar kecil bukan ukuran deluxe tapi kamar biasa. Jam 12.30 sudah terjadwal untuk mengunjungi suatu tempat yakni kantor induknya Pak Didik Van Oord. Belanda memang ahlinya dibidang pelabuhan. Saya ingat. Konon kabarnya break water yang dibangun di Pulau Baai adalah konsep Belanda.

Konsep serupa mereka bangun di Belanda ini karena minimnya daratan di Belanda maka mereka membuat dam di laut itu yang sedang dirancang pada proyek Maasvlakte (MV 1)dan sekarang membangun proyek  Maasvlakte (MV 2) luas kolam 320 ha dan dermaga nya mencapai 530 ha.

  Pelabuhan Rotterdam telah tumbuh terus sepanjang empat puluh tahun, antara lain dengan pembangunan Europoort dan Maasvlakte. Pemerintah Belanda menganggap penting untuk membuat pelabuhan Rotterdam selalu kompetitif. Sebagaimana halnya Bandara Schiphol, Rotterdam adalah pelabuhan utama, penghubung bagi kegiatan dagang internasional Belanda.

Globalisasi berarti bahwa barang-barang diangkut secara intensif dari satu belahan dunia ke belahan dunia lainnya. Persaingan semakin meningkat – bahkan di antara berbagai pelabuhan. Dengan alasan ini, negara memberi perhatian ekstra terhadap desain dan aksesibilitas pelabuhan Rotterdam.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: