Ka-Ga-Nga dan Tabot Didaftarkan ke UNESCO
BENGKULU, BE - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu akan mengusulkan Aksara Ka-Ga-Nga, Tabot dan Lantung sebagai warisan budaya dunia tak benda yang diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) yang merupakan organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB. Kepala Bidang Pengembangan Produk dan Pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Bengkulu, Suparhim, SE dalam diseminasi hasil pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB) mengatakan bahwa sebelum didiseminasikan, 3 warisan budaya di Bengkulu tersebut telah lama dila0kukan inventarisasi. \"Kita menginventaris 3 kebudayaan tersebut layak untuk dijadikan sebagai salah satu warisan budaya dunia tak benda, sudah lama kita tanggapi dan di telititi oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya atau BPNB Padang berkerjasama dengan disbudpar Provinsi Bengkulu,\" ujarnya. Ia mengatakan, setelah melakukan inventarisasi terhadap 3 kebudayaan tersebut, kemudian dilakukanlah diseminasi hasil pencatatan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dengan melibatkan seluruh dinas Kebudayaan dari 10 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu. \"Diseminasi kita lakukan untuk menyampaikan hasil inventarisasi selama ini, dan kemudian melakukan pencatatan kembali terhadap usulan baru dari seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu,\" katanya. Selanjutnya, setelah dilakukan invetarisasi dan diseminasi, ia mengatakan pihaknya akan melakukan deklarasi sebelum warisan budaya tersebut dimasukan ke daftar di Kementerian Kebudayaan RI untuk diusulkan. \"Di kementerian, warisan budaya yang masuk akan disaring kembali dan diteliti ulang sebelum kemudian diusulkan ke Unesco, dan jika memenuhi kelayakan, maka kemendikbud akan mengusulkanya ke Unesco melalui dirjen kebudayaan di kemendikbud,\" lanjutnya. Untuk diakui sebagai warisan budaya dunia, katanya, sebuah bentuk warisan budaya haruslah memenuhi 3 syarat. \"Sebuah warisan budaya haruslah dapat diterima di tempatnya berkembang, kemudian hingga saat ini masih hidup serta dapat menjadi sebuah bentuk inspirasi,\" jelasnya. Sementara itu, Sarwit Sarwono, M.Hum yang merupakan akademisi dari Universitas Bengkulu mengakui salah satu warisan budaya yang akan diusulkan yakni aksara Ka-Ga-Nga sangat layak untuk dijadikan warisan budaya dunia. Ia mengatakan aksara ulu atau aksara Ka-Ga-Nga merupakan turunan atau perkembangan aksara Indonesian Pallava. \"Di Sumatera, jejak tradisi tulis dengan aksara turunan Indonesian Pallava atau Pasca Pallava dewasa ini masih dapat kita temukan tersebar pada kelompok etnik Batak, Kerinci, Lampung, serta kelompok-kelompok etnik Ogan, Komering, Lintang, Pasemah, Lembak di Sumatera Selatan dan kelompok etnik Rejang, Lembak, Serawai, Pasemah di Bengkulu,\" singkat Sarwit.(100)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: