Buyback Saham Naik

Buyback Saham Naik

JAKARTA - Kisah sukses dialami sebanyak 15 emiten dari total 20 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan aksi pembelian saham kembali (buyback). Upaya ini dilakukan bertahap sejak Agustus 2013 mengantisipasi gejolak yang terjadi sehingga dikhawatirkan menggerus harga saham. Di antara 15 emiten yang meraih sukses dalam aksi buyback saham dengan salah satu tujuan memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan perseroan itu saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) tercatat meraih kenaikan paling tinggi. Aksi mereka dilakukan sejak 29 Agustus 2013 pada harga Rp 1.500 per lembar kemudian melesat 36,67 persen menjadi Rp 2.050 per lembar saat penutupan 7 Oktober 2013. Manajemen BMTR menyiapkan dana internal mencapai Rp 300 miliar untuk aksi ini dan dilakukan secara bertahap. Dalam keterbukaan ke BEI tercatat sudah tiga kali aksi buyback dilakukan. Terakhir dilaporkan Direktur BMTR, David Fernando Audy, kemarin bahwa buyback dilakukan sebanyak 21,67 juta lembar saham pada harga Rp 2.125 atau senilai total Rp 46 miliar. Kenaikan tertinggi kedua diraih saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sebesar 26,42 persen dari Rp 1.760 pada 7 September 2013 menjadi Rp 2.225 pada 7 Oktober 2013. Saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) naik 26,04 persen dari Rp 960 per lembar pada 4 September 2013 menjadi Rp 1.210 per lembar saham pada 7 Oktober 2013. Sebaliknya, sebanyak empat emiten menelan rugi karena saham yang dibeli kembali dari pasar itu terus mengalami penurunan. Saham PT Intiland Development Tbk (DILD) turun 20,51 persen dari harga Rp 390 per lembar pada 17 September 2013 menjadi Rp 310 pada 7 Oktober 2013. Saham PT Semen Batu Raja Tbk (SMBR) turun 7,59 persen dari Rp 395 pada 17 September 2013 menjadi Rp 365 pada 7 Oktober 2013. Saham PT Aces Hardware Tbk (ACES) turun 7,04 persen dari Rp 710 pada 31 Agustus 2013 menjadi Rp 660 pada 7 Oktober 2013. Sedangkan satu saham tercatat stagnan yaitu PT Budi Starch Sweeteners Tbk (BUDI) di level Rp 98 per lembar. Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang, mengatakan selain sebagai upaya menjaga nilai nominal dari total modal disetor dan ditempatkan, buyback juga dinilai para pemegang saham sebagai salah satu cara untuk menaikkan harga atau setidaknya menahan dari potensi penurunan. \"Atau bisa juga sekadar untuk meningkatkan likuiditas,\" ujarnya, kemarin. Mekanisme penawaran dan permintaan di pasar modal Indonesia, menurutnya, biasanya ketika sebuah saham sudah naik maka pada saat itulah permintaan investor meningkat. Pada saat itu juga perusahaan bisa menjual kembali saham hasil buyback pada harga tinggi. Analis PT Danpac Securities, Teuku Hendry Andrean, mengatakan resiko buyback adalah ketika saham di pasar terus mengalami penurunan. Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), misalnya, telah mengumumkan rencana pembelian saham kembali tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan anggaran senilai Rp 200 miliar. Pasca buyback, saham ini mengalami penurunan sebesar 4,05 persen sampai dengan 7 Oktober 2013. Menurut Hendry jika buyback tuntas dilakukan dengan asumsi harga saham terus turun maka di akhir tahun SSIA berpotensi mengalami penurunan laba sebesar Rp 4 miliar. Sebab kehilangan potensi pendapatan bunga dari dana Rp 200 miliar yang semestinya bisa digunakan untuk investasi deposito berjangka dengan tingkat bunga 8 persen per tahun. (gen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: