Lion Air Tergelincir Berhasil Dievakuasi dari Supadio
Reporter:
Rajman Azhar|
Editor:
Rajman Azhar|
Sabtu 03-11-2012,05:19 WIB
JAKARTA – Evakuasi Pesawat Lion Air JT-716 yang tergelincir di Bandar Udara Supadio, Kubu Raya, Kalbar, Kamis (1/11), berhasil dilakukan pukul 18.00, Jumat (2/11). Belum diketahui pasti penyebab tergelincirnya pesawat yang mengangkut 166 penumpang itu karena masih ditelusuri.
“Telah berhasil dikeluarkan dari lokasi kejadian yang menjadi tempat menancapnya roda-roda pesawat,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko dalam siaran persnya, Jumat (1/11) malam.
Dijelaskan Tri, sebelum proses evakuasi selesai itu PT AP II (Persero) menerapkan sistem operasional buka tutup di Bandara Supadio. Keputusan diambil agar tidak seluruh penerbangan dari dan menuju Supadio terhenti.
Sistem buka tutup bisa diterapkan. Sebab, dari panjang landasan 2.250 meter, ada 2.100 meter yang tidak terdampak oleh insiden maupun proses evakuasi. Sehingga dapat digunakan untuk lepas landas maupun pendaratan. Istilahnya buka-tutup Bandara itu dalam dunia penerbangan dikenal dengan Take Off Run Available (TORA) untuk lepas landas atau Landing Distance Available (LDA) untuk pendaratan.
”Beberapa waktu setelah kejadian, petugas di lapangan langsung mengukur TORA/LDA yang tersedia. Sehingga sejak Kamis malam pukul 22.30 WIB, atau sekitar tiga jam setelah insiden bandara sudah bisa dioperasikan kembali sampai saat ini,” ujarnya.
Tri menjelaskan, jarak pandang saat pendaratan pesawat Lion Air jenis Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan JT-716 tujuan Jakarta-Pontianak adalah enam kilometer. Kondisi cuacanya adalah slight rain (hujan rintik atau gerimis).
Laporan petugas ATC menyebutkan, beberapa menit sebelum Lion Air JT-716 mendarat tepatnya pukul 19.31, pesawat Sriwijaya SJ-183 Boeing 737-400 tujuan Jakarta-Pontianak berhasil melakukan pendaratan dengan mulus tanpa hambatan. Menurutnya, petugas menyebut saat mendarat roda pesawat Lion Air JT-716 yang tepat menyentuh touch down zone di runway 33. Hasil pemantauan dari lokasi kejadian ditemukan jejak pengereman panjang dari roda bagian kanan pesawat.
Jejak tersebut sedianya akan dijadikan sebagai salah satu petunjuk untuk mengetahui mengapa pesawat bisa mengalami overrun dengan posisi berbalik arah 360 derajat. Posisi terakhir pesawat berada di atas tanah di sebelah kiri landasan pacu dengan roda depan dan kanan menancap pada tanah, serta roda kiri masih berada di atas aspal landasan pacu.
ingga saat ini, penyelidikan masih dilakukan oleh investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “Untuk mempercepat evakuasi, saya telah mengutus petugas AP II dari kantor pusat maupun Bandara Soekarno-Hatta ke Pontianak dengan membawa peralatan,” ungkap Tri.
Dijelaskan, akibat kejadian itu sejumlah bagian pesawat mengalami kerusakan. Seperti, mesin bagian kanan dan badan bagian bawah ekor pesawat yang diduga sempat menyentuh aspal landasan ketika berputar.(boy/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: