Anggap Mobil Murah Hanya Janji Palsu Pemerintah
JAKARTA - Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Tulus Abadi menilai kebijakan pemerintah meluncurkan penjualan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) hanya omong kosong belaka. Menurut dia, tak ada dampak positif dari kehadiran mobil murah ini bagi perekonomian Indonesia.
Tulus bahkan menyebut ada banyak kepalsuan dalam LCGC ini. Kepalsuan pertama adalah maksud kata-kata low cost yang dimaksud pemerintah. Sebab, di India, harga mobil murah hanya dibandrol dengan harga Rp 50 jutaan. Terlebih bila mobil LCGC ini dibeli secara kredit. Itu artinya harga mobil menjadi lebih dari Rp 100 juta.
\"Low cost dari mananya? Ini sama saja melecehkan orang kelas bawah namanya. Meraka itu lebih mikir sembako daripada mobil murah. Di India saja mobil murah Rp 50 jutaan. Kalau saya hitung-hitung dibeli dengan kredit, artinya harga net jadi tambah Rp 30 jutaan. Sama saja harganya Rp 100 jutaan. Jadi di mana istilah low cost-nya?\" papar Tulus dalam diskusi bertajuk \'Mobil Murah Diuji Transportasi Layak Dinanti\' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtua (28/9).
Kepalsuan selanjutnya adalah penggunaan kata-kata \'green car\'. Menurut dia kata-kata itu sama sekali tidak konsisten. Sebab, banyak kalangan masyarakat yang mampu beli mobil mewah tapi tak mau menggunakan bahan bakar nonsubsidi.
\"Green car dari mananya mobil ini? Kok mobil murah disuruh pakai bahan bakar mahal, sedangkan banyak mobil mahal yang selama ini pakai BBM subsidi,\" sebutnya.
Tulus juga menilai klaim pemerintah bahwa LCGC sebagai mobil nasional (Mobnas) merupakan kepalsuan. \"Mobnas apanya kalau mobil ini masih tergantung dari komponen impor 60 persen?\" imbuhnya.
Lebih lanjut kepalsuan yang dimaksud Tulus adalah rencana mengekspor mobil yang dibanderol di bawah harga Rp 100 juta itu. Menurutnya, ini adalah hal yang aneh. Sebab, Indonesia tidak mempunyai reputasi sebagai produsen mobil yang bagus di mata negara lain.
\"Karena negara lain itu lebih dewasa proses teknologinya dibanding kita. Mereka sudah mulai produksi mobil murah dan hemat energi puluhan tahun dibanding kita,\" bebernya.
Selain itu, lanjutnya, kepalsuan yang ditawarkan pemerintah karena mobil murah itu didesikasikan dan dirancang untuk wilayah perdesaan. Menurut Tulus, masyarakat di desa tidak pernah memikirkan disain mobil.
Kepalsuan lainnya karena pemerintah selalu menggadang-gadang mobil berbahan bakar gas namun hanya ada 19 SPBG dan itu masih jauh dari nilai cukup. \"Pemerintah enggak konsisten terhadap mobil berbahan bakar gas,\" tuding Tulus.
Di samping itu adalah janji palsu pemerintah untuk menyediakan transportasi yang nyaman bagi masyarakat miskin yang biasanya hanya mampu membeli sepeda motor. Sebab menurutnya, kantong pengendara sepeda motor tidak mampu membeli mobil seharga Rp 75 juta.
Kepalsuan yang terakhir karena hadirnya mobil LCGC hanya akan menambah kemacetan. Terlebih, luas jalan raya tiap tahunnya tidak bertambah.
\"Data dari kepolisian saja setiap tahun mencatat ada pertumbuhan kenaikan kendaraan, kalau kebijakan mobil murah ini diturunkan akan meningkat kemacetan,\" pungkasnya. (chi/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: