Bank BUMN Mesti Hindari Aksi Spekulasi

Bank BUMN Mesti Hindari Aksi Spekulasi

JAKARTA, BE – Untuk menstabilkan perekonomian Indonesia yang tengah tertekan sekarang ini sekaligus mengembalikan kekuatan Rupiah, maka industri perbankan perlu menjaga likuiditas dolar Amerika Serikat (AS) dalam batas aman sesuai dengan regulasi Bank Indonesia (Net Open Position) dan Secondary Reserve. Hal itu dirasa penting untuk memperkuat Rupiah yang tengah tertekan sekarang ini. Demikian benang merah yang diungkapkan Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto, dalam sebuah Diskusi Internal Outlook 2014, yang diselenggarakan Infobank, di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Kamis, 5 September 2013. “Sekarang ini untuk meningkatkan kinerja Rupiah, maka perlu ada kecepatan dalam merespon persoalan yang tengah terjadi sekarang ini. Moga-moga aja obatnya (red-langkah kebijakan) memang cocok”, kata Ryan. Ryan berpandangan, sejauh ini langkah pemerintah untuk menyelesaikan persoalan perekonomian, yakni melemahnya nilai tukar Rupiah masih berkutat diruang lingkup kebijakan dengan dampak pendek. Belum ada langkah kebijakan yang berorientasi pada penyelesaian tuntas dalam lingkup jangka panjang. “Tidak ada resep instan untuk bisa mengobati penyakit ini (tertekanya perekonomian Indonesia). Barang kali tim ekonomi (sekarang) agak lalai karena paket kebijakan yang dikeluarkan harusnya juga lengkap dengan adanya turunan-turunan dari paket kebijakan itu”, jelasnya. Untuk berkontribusi terhadap penguatan Rupiah, lanjut Ryan, dari aspek perbankan, harus ada kebijakan menghentikan sementara waktu pengajuan dan/atau pencairan kredit dalam dolar AS. Namun, tetap memberikan fasilitas kredit dalam dolar AS sejauh orientasi usaha debitur untuk pasar ekspor. “Harus mendorong juga debitur dolar AS untuk melakukan lindung nilai (hedging) untuk menghindari kerugian karena selisih kurs di kemudian hari”, jelasnya. Ryan juga menilai, bank BUMN juga harus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, terutama kondisi yang tengah tertekan sekarang ini. Bahkan, sebisa mungkin menghindari aksi-aksi spekulasi yang merugikan perekonomian. “(Bank BUMN) tidak melakukan tindakan spekulasi untuk keuntungan jangka pendek. Ini penting untuk membuat Rupiah kembali menguat”, tegasnya. (ibn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: