Bengkulu Jadi Sejarah Perubahan
Deklarasi Relawan Demi Indonesia BENGKULU, BE - Provinsi Bengkulu menjadi sejarah besar bagi perubahan Indonesia. Ini ditandai dengan deklarasi Relawan Demi Indonesia (ReDI) yang dihelat di Bengkulu pagi ini. Demikian diungkapkan Relawan Demi Indonesia, Amal Al Ghazili saat geladi resik Deklarasi Relawan Demi Indonesia di Spot Cernter Pantai Panjang, kemarin. \"Dengan dilaksanakannya deklarasi di Bengkulu, membuat Bengkulu akan mencatat sejarah untuk perubahan Indonesia ke depannya,\" terang Amal Al Ghozali. Sekadar diketahui Bengkulu menjadi daerah pengasingan Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. Melalui Bengkulu pula bendera merah putih pertama kali dijahit untuk dikibarkan saat proklamasi 17 Agustus 1945. Nah, seakan mengulang sejarah, pagi ini Relawan Demi Indonesia ini mendeklarasikan diri memenangkan Dahlan Iskan sebagai Presiden pada pemilihan Presiden 2014 nanti. Jika Dahlan Iskan menjadi Presiden ia akan memberikan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia salah satunya menjadikan Indonesia lebih makmur \"Bengkulu memiliki sejarah yang besar untuk kemerdekaan Indonesia. Dengan dilaksanakan Deklarasi ini kita berharap Bengkulu akan mengulang dan mencetak sejarah baru Demi Indonesia kedepannya,\" tambahnya. Selain memberikan perubahan bagi Indonesia, relawan ini juga diyakini akan memberikan perubahan kepada Provinsi Bengkulu. Seperti diketahui saat ini Bengkulu merupakan provinsi termiskin ke-2 di Indonesia. \"Selain memberikan perubahan bagi Indonesia, perubahan juga nanti akan dirasakan oleh masyarakat Bengkulu,\" jelasnya. Setidaknya ada 200 perwakilan dari seluruh Provinsi Bengkulu yang akan mendeklarasikan diri menjadi Relawan Demi Indonesia. Kegiatan Deklarasi ini akan dilaksanakan hari ini di Spot Center pantai Panjang Kota Bengkulu. Deklarasi ini akan disaksikan langsung Dahlan Iskan sebagai calon presiden. Sementara itu Meneg BUMN Dahlan Iskan sebelumnya mengungkapkan, keputusannya menerima tawaran dari Partai Demokrat karena adanya semacam idealisme bahwa Indonesia sebagai negara besar dan memiliki keanekaragaman memerlukan partai tengah yang kuat. “Dan Demokrat adalah partai tengah. Memang kemudian ada masalah yang kita semua tahu, tapi bukan berarti tidak bisa diperbaiki,” katanya. Menurut Dahlan, persaingan antarpeserta konvensi akan cukup kuat. Namun dia justru merasa happy dengan kondisi itu. Alasannya, kemajuan hanya bisa diperoleh lewat persaingan yang kuat. “Kalau persaingan tidak kuat yang terpilih belum tentu kuat. Kalau persaingan kuat maka yang terpilih itu teruji,” tegasnya. Dahlan menegaskan, keikutsertaannya dalam konvensi tidak akan mengganggu kerjanya sebagai menteri BUMN. Awalnya, dia memang keberatan dengan dorongan ikut konvensi karena ingin menuntaskan tugasnya sebagai menteri. “Karena melihat komitmen saya seperti itu, mereka (relawan) bertekad dan mengatakan ’Pak Dahlan nanti enggak usah kampanye. Pak Dahlan harus terus bekerja, biar kami saja yang kampanye’,” terangnya. Selain itu, Dahlan juga telah memonitor keberadaan para relawan tersebut. Misalnya apakah sungguh-sungguh atau hanya bayaran, apakah merata di seluruh Indonesia, dan apakah memiliki kepentingan tertentu. Nah, dari hasil monitornya, tidak ada kepentingan dari para relawan. “Sehingga saya percaya para relawan akan berkampanye sungguh-sungguh dan membuat saya tidak perlu berkampanye. Bahkan tidak usah kampanye, sehingga saya bisa menyelesailan tugas saya sebagai menteri,” katanya. Bisa Dongkrak Suara Dari sebelas nama peserta konvensi calon Presiden Partai Demokrat yang dirilis komite konvensi, hanya dua nama yang dinilai mampu mendongkrak suara bagi partai berlambang mercy tersebut pada pemilu 2014 mendatang. Yaitu Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dan Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan. \"Selain Dahlan Iskan dan Anies Baswedan, saya tidak melihat ada calon lain dari peserta konvensi yang bisa mendongkrak suara Demokrat. Kalau Marzuki Alie dan Hayono Isman, mereka itu kan kader internal PD. Jadi pendukung mereka sudah barang tentu pendukung PD juga,\" ujar Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin di Jakarta, Sabtu (31/8). Menurut Said, Dahlan dan Anies dapat mendongkrak suara PD, karena selama ini publik menilai mereka memiliki kemampuan yang cukup baik dan sangat familiar di tengah masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari sejumlah survei yang dilakukan berbagai lembaga survei yang ada. \"Namun saya melihat Pramono Edhie Wibowo akan tetap menjadi calon yang paling berpeluang. Ini kan sudah jauh-jauh hari juga diprediksi oleh publik,\" katanya. Alasan Said sederhana saja, bahwa Pramono merupakan ipar SBY, pemegang kendali konvensi Capres Partai Demokrat (PD). Selain itu oleh sebagian masyarakat, SBY terlanjur dicap sebagai penguasa yang hendak melanggengkan kekuasaan melalui sanak keluarga. \"Stigma itu sebetulnya tidak berlebihan juga jika kita berkaca pada kepengurusan PD, di mana SBY menjabat sebagai Ketua Umum, dan Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) anaknya, menjabat sebagai Sekjen,\" ujarnya. Kondisi seperti ini menurut Said, baru pertama kali terjadi sepanjang sejarah partai politik di Indonesia. Selain itu, SBY menurutnya tentu ingin tenang saat tidak lagi menjabat sebagai Presiden nanti. Karena itu dia perlu orang yang bisa menjaganya dari gangguan pihak lain. Namun dalam hal konstelasi politik di ujung konvensi, Said melihat sepertinya mulai disadari akan tidak menguntungkan bagi PD apabila mencapreskan Pramono Edhie Wibowo. \"Karena itu saya memrediksi Gita Wirjawan yang akan dijadikan pengganti Pramono. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan SBY dan Gita selama ini terjalin cukup spesial. Gita disebut-sebut sebagai salah seorang dari luar PD yang sangat dekat dengan SBY di dalam Kabinet,\" katanya. Intinya SBY perlu orang yang bisa ia percaya. Dan dari 11 kandidat yang ada, Said menduga Gita menjadi orang yang dipercaya oleh SBY. Padahal jika konvensi bertujuan mendongkrak suara bagi PD, hanya dua nama yang dinilai cukup mampu. Yaitu Dahlan Iskan dan Anies Baswedan.(251/**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: