Suara Petasan dan Kuntil Anak Disaat Salat Taraweh
Neraka di Setia Negara Suara petasan dan kuntil anak dari usaha rumah hantu berkumandang di Lapangan Setia Negara Curup. Di saat yang sama, warga muslim sedang melaksanakan salat Taraweh. Aktivitas itu berlangsung sejak awal Ramadhan hingga sudah hari ke-18 Ramadhan ini. Tak berlebihan bila banyak yang \'\'mengutuk\'\' bahwa lapangan Setia Negara itu bak sebuah neraka. Bagaimana kondisinya? Simak laporannya;
OKTA FIRDAWAN,
Curup
PUKUL 19.00 WIB, Kamis (25/7) suara petasan mulai bersahutan di lapangan Setia Negara Curup Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Curup Kota. Bukan hanya petasan yang berbunyi tanpa henti, suara kuntil anak juga terdengar dari sebuah tenda yang dijadikan usaha rumah hantu. Suara-suara tersebut bergema silih berganti, seakan tidak ingin kalah dengan lantunan ayat suci Al-Qur\'an yang dibacakan imam masjid Jamik serta bilal yang mengumandangkan salawat. Jarak Masjid yang berada di Jalan Merdeka tersebut hanya sekitar 200 meter dari Lapangan Setia Negara Curup. Pantauan wartawan Bengkulu Ekspress, lapangan Setia Negara bukan hanya dijadikan lokasi pesta kembang api dan rumah hantu. Sebuah ayun-ayunan raksasa berbentuk kapal juga tidak berhenti berayun, termasuk para pedagang pakaian dan mercon yang selalu tersenyum menawarkan dagangannya. Di sudut berbeda, muda mudi berlainan jenis juga tampak bermesraan di pinggir Lapangan Setia Negara. Aktivitas warga yang didominasi para remaja itu, berlangsung sejak awal bulan Ramadhan lalu. Entah siapa yang memulai aktivitas tersebut, namun sudah cukup banyak berdiri tenda-tenda khusus didirikan layaknya stand pameran pada saat perayaan HUT Kota Curup ke-133 tahun yang diperingati bulan Mei yang lalu. \"Kami khawatir kalau aktivitas ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu jemaah muslim yang sedang menjalankan ibadah Taraweh. Karena suara petasan dan suara hantu-hantu itu berlangsung pada jam ibadah salat Taraweh. Lagipula bagaimana jadinya remaja-remaja itu jika disuguhkan aktivitas seperti itu. Ini jelas akan bertentangan dengan program pembinaan keagamaan remaja yang digalakkan Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong,\" ungkap Mawardi (35) warga Kelurahan Pasar Baru. Mawardi berharap aktivitas yang tidak mendekatkan remaja kepada aktivitas ibadah tersebut bisa dihentikan. Diganti dengan aktivitas yang lebih terarah pada pembinaan mental remaja. \"Sebenarnya orang tua juga berperan penting mengingatkan dan mengawasi anak-anak mereka, dengan alasan berbuka bersama kawan-kawan, mereka malah terlibat kegiatan yang tidak positif,\" kata Mawardi. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: