JEMBER - Pembagian bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) di Desa/Kecamatan Mumbulsari, Jember, Minggu (7/7) menelan korban. Seorang penerima bantuan tewas di balai desa setempat setelah berdesak-desakan dengan ratusan penerima.
Korban, Buk Moah, janda 60 tahun. Dia berangkat dari rumahnya di RT 1 RW 2 Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Mumbulsari, menuju tempat pembagian BLSM di balai desa setempat.
Nenek pencari rumput tersebut berjalan kaki 3 km menuju balai desa. Akhmad Zaenudin, cucu korban, menuturkan bahwa neneknya sempat pamit untuk mengambil BLSM. Dia memastikan, saat berangkat, sang nenek terlihat segar bugar.
Menurut dia, sebelumnya, neneknya tidak pernah memiliki riwayat sakit serius. \"\"Mbuk (nenek, Red) waktu pamit ke saya masih sehat kok, Mas,\"\" ungkapnya.
Betapa kaget keluarga Moah, termasuk Zaenudin, ketika sekitar pukul 11.30, ada tetangga yang mengabarkan bahwa Moah meninggal saat mengambil BLSM dan masih berada di Puskesmas Mumbulsari.
Seketika itu, Zaenudin bersama keluarga menuju puskesmas setempat. Ketika mereka tiba di puskesmas, Moah sudah terbujur kaku di ruang UGD. Mayat korban langsung dibawa pulang dan dikubur di TPU yang tidak jauh dari rumahnya.
Zaenudin mengaku kecewa kepada program BLSM karena dibagikan tanpa persiapan yang matang di lapangan. Bahkan, dia melanjutkan, selain neneknya, tetangga sebelah rumahnya yang bernama Buk Atin sempat pingsan karena berdesak-desakan saat mengambil BLSM. \"\"Bukan hanya nenek saya yang menjadi korban, tetangga saya juga sempat pingsan bareng sama nenek,\"\" ungkapnya.
Kekecewaan keluarga korban semakin bertambah. Sebab, hingga korban dimakamkan, tidak ada seorang pun di antara aparat yang berwenang dalam penyaluran BLSM itu datang ke rumah duka untuk menyampaikan permintaan maaf.
Bahkan, keluarga korban saat ini bingung dengan biaya perawatan di puskesmas. \"\"Saya utang kepada petugas puskesmas untuk mengeluarkan nenek dari puskesmas. Sebab, keluarga kami tidak punya biaya,\"\" akunya.
Ironisnya, meski di lokasi pembagian BLSM sudah jatuh korban jiwa, proses pembagian bantuan tersebut masih berjalan. Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Jember, sekitar pukul 15.00, ratusan warga masih terlihat saling berdesakan di balai desa setempat. Sebelumnya, sempat terjadi perkelahian antara penerima BLSM karena berebut uang bantuan itu.
\"\"Tadi sampai ada yang berkelahi. Nggak tahu kenapa, kayaknya karena rebutan tempat,\"\" ujar Sabit, seorang warga. Pernyataannya dibenarkan juga oleh Buk Setria.
Sementara itu, Wahyudi Aziz, kepala PT Pos Indonesia Jember saat dikonfirmasi secara terpisah mengungkapkan, pihaknya belum mengetahui kabar adanya korban meninggal saat antre mengambil BLSM di Mumbulsari.
Ketua Komisi D DPRD Jember Ayub Junaidi menilai BLSM menimbulkan konflik di masyarakat. Karena itu, dia mendesak bupati agar berani menunda pembagiaan BLSM. \"\"Pembagian BLSM di tiga kecamatan saja sudah banyak masalah,\"\" katanya. Dia mengungkapkan, pembagian BLSM di tiga kecamatan kota menimbulkan persoalan.
Sementara itu, puluhan warga miskin di Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit, Situbondo, mengeluh karena tidak mendapat BLSM. Padahal, mereka tergolong warga sangat miskin.
Misalnya, pasutri Nakwi alias Riknem dan Sunaima. Warga RT 2 RW 2 itu tidak mendapat BLSM. Sunaima menyatakan, sebelumnya mereka dapat BLT. \"\"Dulu saya dapat, sekarang tidak,\"\" katanya.
Menurut ketua RT setempat, Sail alias Agus Salim, di lingkungan RT itu ada 63 warga yang mendapat bantuan raskin. Bahkan, saat BLT dibagikan beberapa tahun lalu, ada 60 warga yang mendapat.
Anehnya, saat ini hanya ada enam belas orang warga RT 2 RW 2 yang mendapat BLSM. \"\"Berdasar data raskin, ada sekitar 63 orang. Kalau BLT yang dulu, ada sekitar 60 warga sini yang dapat. Tetapi, sekarang hanya sekitar 16 orang,\"\" jelasnya.
Bukan hanya itu, di RT lain juga ada banyak warga miskin yang tidak mendapat BLSM. Salah satunya Suyami alias Misyar, seorang warga yang berumah sangat sederhana. \"\"Yang punya rumah gubuk ini juga tidak dapat. Namanya Misyar. Tapi, orangnya sedang ngasak,\"\" terang Totok, tetangga Misyar.
Dengan adanya kejadian tersebut, warga menilai adanya ketidakberesan pendataan penerima BLSM. \"\"Dibagikan saat malam. Jadi, saya tidak tahu. Tiba-tiba banyak warga ke rumah dan mengeluh karena tidak dapat BLSM,\"\" tutur Dail, ketua RT 2 RW 2 Dusun/Desa Tambak Ukir.
(jpnn/c16/c18/bh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News