Bertahan Hidup dari Jual Sayur
KOTA PADANG, BE - Rohati (40) warag Desa Tanjung Aur Kecamatan Sindang Kelingi boleh dibilang wanita yang cukup tangguh di keluarganya. Sejak tahun 1997, Rohati telah menekuni profesi sebagai pedagang sayur-mayur di pasar tradisional Simpang Kecamatan Kota Padang, hingga pasar tradisional di Kelurahan Padang Ulak Tanding. Hampir setiap hari, sekitar pukul 02.00 WIB disaat mayoritas ibu rumah tangga masih terlelap dalam tidur, Rohati telah berada dalam perjalanan dari rumahnya di Desa Tanjung Aur menuju Pasar Atas Curup, untuk membeli beragam sayur mayur. Setelah semua sayur-mayur terkumpul, Rohati langsung berangkat menuju pasar simpang Kota Padang. Sekitar pukul 06.00 WIB, wanita yang telah sukses menyekolahkan anak semata wayagnya hingga tamat SMA, sudah berinteraksi dengan para pembeli. \"Alhamdulillah sudah ada angkutan desa yang menjadi pelanggan saya, sehingga mereka tidak keberatan memberikan tumpangan meski barang dagangan saya cukup banyak. Ongkos untuk transportasi itu sebesar Rp 20 ribu,\" ungkap Rohati. Sekitar pukul 13.00 WIB, ketika matahari sedang terik dan cuaca panas Rohati pulang untuk beritirahat, makan dan masak. Sekitar pukul 16.00 WIB, Rohati kembali harus berjualan di Pasar PUT, bahkan hingga larut malam sampai seluruh sayuran yang dijualnya habis dibeli. Semua itu dilakukan Rohati karena penghasilan suami Min (42) hanya bekerja serabutan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. \"Dalam sehari, saya bisa dapat uang Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Itupun harus dengan perjuangan keras untuk mendapatkannya,\" curhat Rohati. Namun jerih payah Rohati itu terbanyar, keringat yang bercucuran itu bisa mencukupi biaya sekolah anaknya. \"Pekerjaan ini harus saya lakukan, kalau tidak kebutuhan keluarga belum tentu cukup. Mau bertani, lahan kami tidak punya. Malam harinya, Rohati masih harus melayani anak dan suami, hingga kantuk memaksa saya menutupkan mata,\" ungkap Rohati. (999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: