Menentang Maut Dengan Rakit

Menentang Maut Dengan Rakit

\"2.WargaBENTENG, BE - Lantaran perbaikan terhadap jembatan gantung akses antara desa Harapan Makmur Kecamatan Pondok Kubang dengan Desa Tabapasmah Kecamatan Talang Empat belum selesai dibangun kembali, pasca ambruk beberapa waktu lalu. Akses transportasi kedua kecamatan ini putus total.

Warga yang selama ini pergi ke kebun dengan menyeberangi jembatan itu, kini terpaksa menentang maut dengan berjalan kaki dan menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai itu. “Kami sekeluarga terpaksa gunakan rakit untuk  bisa menyeberang sungai. Karena tidak ada pilihan lain,” ucap seorang petani di Kecamatan Talang Empat, Arfan.

Arfan mengaku, selama 1 bulan rakit bambu itulah yang diandalkan untuk menyeberangi sungai, pulang dan pergi ke ladang. Perlu keahlian khusus untuk menyeberangi Sungai Bengkulu dengan menggunakan rakit itu. Terutama rakit ditarik melawan arus dan selanjutnya dihanyutkan dan hanya pengayuh bambu mengkondisikan alur. “Kalau tidak lihai, sering fatal hanyut dan tenggelam,” terangnya.

Hal senada juga dilontarkan oleh Mimed, petani sawit yang mengunakan rakit bukan hanya untuk mengangkut manusia saja, namun juga hasil kebunnya. Hanya saja tak banyak Kelapa Sawit yang bisa diangkut dengan rakit. Selian itu, jika angkutannya tidak seimbang maka rakit bisa terbalik dan hanyut. Oleh sebab itu, harus memiliki keahlian tersendiri bagi warga yang memakainya.

“Kalau saya ngangkut sawit pakai rakit namun dikit - dikit,\" akunya. Mimed mengungkapkan, tidak ada jaminan keselamatan menggunakan rakit bagi masyarakat yang menyeberangi sungai dan mengangkut hasil bumi itu. Hampir setiap tahun ada saja warga yang naik rakit tenggelam.

Beberapa hari lalu, karena kurang pandai naik rakit pengantin baru hampir tewas, untung saja ditolong banyak orang. “Menggunakan rakit ini, mengancam keselamatan jiwa kita,” tutupnya. (111)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: